Ledakan gas di Boston, AS. (Foto: AFP).

Boston: Sebanyak 60 ledakan terdengar di kompleks perumaha di Boston, Amerika Serikat (AS). Ledakan tersebut menyebabkan empat orang terluka dan sekitar 39 rumah terbakar.

Polisi mengatakan ledakan berasal dari saluran gas. Insiden ini memaksa seluruh warga di lingkungan tersebut mengungsi.

Para petugas pemadam kebakaran hingga Kamis malam, masih berjuang memadamkan api. Mereka juga mematikan saluran gas dan listrik untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

Polisi Negara Bagian Massachusetts mendesak semua penduduk, yang di rumah menggunakan layanan Columbua Gas, di wilayah Lawrence, Andover dan North Andover untuk dievakuasi. Insiden ni menyebabkan lalu lintas di lingkungan tersebut padat.

Dilansir dari laman South China Morning Post, Jumat 14 September 2018, seorang pria mengatakan dia berlari ke ruang bawah tanah dan melihat ruangan tersebut terbakar. Penduduk Lawrence yang bernama Ra Nam tersebut mengatakan dia berada di halaman saat detektor asap di ruang bawah tanahnya meledak.

"Kejadiannya sekitar pukul 16.30 ketika saya melihat ruang bawah tanah di rumah saya terbakar. Saya mengambil pemadam api dan memadamkannya, namun tak berapa lama saya mendengar dentuman keras di rumah tetangga," tutur Ra Nam.

Ra Nam mengatakan seorang wanita dan dua anaknya berhasil keluar dari rumah tersebut, namun ruang bawah tanah terbakar. Sementara itu, penduduk lainnya, Bruce Razin menuturkan dia baru tiba di rumah ketika para penduduk dievakuasi.

"Saya tidak dapat membayangkan jika (yang meledak) adalah rumah saya. Rumah tersebut hancur total," tukasnya.

Sementara itu, para korban terluka sudah dibawa ke Rumah Sakit Umum Lawrence. Meski demikian, petugas rumah sakit tidak memberi rincian tentang kondisi mereka.

Badan Manajemen Darurat Massachusetts menyalahkan kebakaran di jalur gas karena terlalu banyak tekanan. Pejabat mengatakan Columbia Gas, perusahaan yang menyediakan jalur tersebut, telah bekerja mengurangi tekanan pada saluran gas itu setelah kebakaran.

Para warga yang tinggal di wilayah itu, untuk sementara mengungsi di sekolah-sekolah dan panti jompo.

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com