INDOPOLITIKA.COM – Anggota Komisi I DPR Adian Napitupulu mengatakan, jika negara masih lambat bergerak dan penuh dengan birokrasi berbelit dalam penanganan wabah Corona, akan banyak eskavator lantaran ribuan atau belasan ribu orang akan meninggal dunia.

“Lalu eskavator akan bekerja siang malam menggali kuburan. Kuburan massal harus dicegah dengan segala cara, salah satunya adalah dengan membuka keran impor untuk alat-alat medis baik utuh maupun bahan baku terkait virus corona apakah itu masker, APD, thermometer, sarung tangan, sanitizer, disinfektan bahkan hingga alat test (Rapid Test),” kata Adian di Jakarta, Selasa (24/3/2020).

“Semua pihak yang sanggup mengimpor alat-alat tersebut selama kriteria dan uji alatnya layak harus diberi extra kemudahan import bila perlu sementara waktu dibebaskan dari bea import dan pajak agar alat alat itu menjadi murah di beli siapapun,” tambahnya.

Adian mengatakan bahwa puncak sebaran corona diperkirakan akan terjadi pada bulan Mei hingga Juni. “Jika negara masih lambat bergerak dan penuh dengan birokrasi yang berbelit, maka jangan kaget jika antara Mei dan Juni, nanti bisa jadi negara harus siapkan banyak eskavator karena ribuan mungkin belasan ribu orang akan meninggal dunia,” tegas Anggota Komisi I DPR ini.

Politisi PDI-Perjuangan ini ingin membebaskan semua pihak yang akan memasukan alat-alat medis terkait Corona, bebas dari birokrasi impor. Sehingga kelak, alat-alat kesehatan ini membanjiri semua swalayan, mulai dari tingkat bawah hingga atas.

“Bahkan bisa jadi membanjiri warung warung klontong di perkampungan dan pasar pasar tradisional. Dalam situasi ini, kebanjiran lebih baik daripada kekurangan,” tuturnya.

“Tugas pemerintah menjadi lebih ringan karena peran mengadakan alat medis yang tadinya dimonopoli penuh baik anggaran maupun distribusinya oleh pemerintah, berikutnya di ambil alih oleh banyak orang, dan pemerintah mengambil peran sebagai pengontrol kualitas dan membuat patokan Harga Eceran Tertinggi untuk setiap jenis alat medis itu,” tuturnya.

Kalau negara bisa memanfaatkan para importir dan pedagang, terang Adian, maka alat medis itu bisa sampai ke seluruh pelosok pedalaman dengan harga murah tanpa menguras anggaran pemerintah.

“Selanjutnya Pemerintah bisa menghemat anggaran yang ada untuk di gunakan fokus pada hal lain seperti membangun RS untuk karantina, mensubsidi obat dan alat medis untuk orang orang yang benar benar tidak mampu, lansia, tuna wisma,” pungkasnya.[asa]

 

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com