Indopolitika.com – Semakin dekatnya hubungan Ketua Partai Golkar Aburizal Bakrie dengan Ketua Partai Gerindra Prabowo Subianto disambut positif banyak kalangan. Koalisi keduanya dinilai mampu memperkuat sistem presidensial yang saat ini masih berjalan setengah hati.
“Berdasarkan hasil pileg, suara Golkar 14-15 persen dan Gerindra 11-12 persen. Ini kekuatan luar biasa kalau koalisi,” kata Ketua Perhimpunan Pemilu Damai Indonesia Indrawan SH di Jakarta, Rabu (7/5).
Menurutnya, dengan kekuatan tersebut dipastikan program pemerintahan dapat berjalan efektif. Performa pemerintahan juga lebih stabil tanpa hambatan berarti.
“Itu kelebihannya. Sehingga terobosan kebijakan mudah dieksekusi, tidak ragu-ragu lagi seperti pemerintah sekarang,” ujarnya.
Indrawan menyatakan, penerapan sistem presidensial yang berlangsung selama ini masih bercorak parlementer. Seringkali keputusan eksekutif diintervensi bahkan digagalkan oleh parlemen. Kondisi ini menurutnya telah membatasi ruang gerak pemerintah.
“Kalau mengawasi saja tidak masalah. Tapi kalau tiap kebijakan harus dibuat melalui lobi yang mengancam posisi presiden kan bahaya,” tuturnya.
Karena itu, ia optimis jika kelak ARB-Prabowo resmi berkoalisi maka sistem presidensial semakin kuat. Gabungan kekuatan ARB-Prabowo dinilainya mampu mengalahkan calon presiden PDI Perjuangan Joko Widodo.
“Saya kira ini momentum menuju ke sana. Apalagi berdasar hasil survei, tren elektabilitas ARB dan Prabowo terus naik,” tandasnya. (mhl/ind)
Tinggalkan Balasan