INDOPOLITIKA – Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri, meyakini pasar surat utang nasional tidak akan terlalu terpengaruh oleh gejolak global yang dipicu oleh arah kebijakan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump.
Awalnya, Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menilai dolar AS masih menjadi aset safe haven yang menjadi pelarian utama para investor di tengah ketidakpastian pasar. Namun, dalam beberapa hari terakhir, ia mengamati fenomena yang cukup mengejutkan.
Salah satu indikasinya terlihat dari aksi investor asal Jepang yang mulai melepas kepemilikan obligasi mereka. Chatib menyebut peristiwa ini sebagai dampak dari strategi investasi “carry trade”.
“Mereka awalnya menempatkan dana dalam bentuk Yen, lalu dialihkan ke dolar AS. Ketika situasi di Amerika menjadi tidak menentu, mereka mulai menjual obligasi yang dimiliki,” jelas Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri dalam sebuah diskusi publik bertajuk Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global yang digelar oleh The Yudhoyono Institute di Hotel Sahid, Jakarta.
Meski demikian, ia menilai dampaknya terhadap pasar obligasi Indonesia masih relatif kecil. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN), yang kini hanya sekitar 14 persen.
“Proporsi investor asing dalam obligasi pemerintah kita hanya 14%. Jadi, sekalipun seluruh investor asing menarik diri, dampaknya masih bisa dikendalikan tidak seperti krisis yang kita alami pada 2008,” katanya.
Lebih lanjut, Chatib menyatakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih siap dalam menghadapi tekanan global dibandingkan saat krisis keuangan tahun 2008.
“Ketika Presiden SBY memimpin dan kita menghadapi krisis keuangan global, saya harus akui bahwa situasinya kala itu jauh lebih berat dibandingkan dengan sekarang. Tapi Indonesia tetap mampu tumbuh sebesar 4,6%,” tandasnya.(Chk)
Tinggalkan Balasan