Polusi udara yang menyelimuti Ibu Kota Jakarta sudah pada titik mengkhawatirkan. Perlu banyak terobosan baru untuk mengatasi polusi tersebut. Ketua Komisi VII DPR RI Gus Irawan Pasaribu menilai, salah satu terobosan krusial untuk mengatasinya adalah pemanfaatan energi ramah lingkungan.

Udara yang tak sehat di Ibu Kota Jakarta sudah jadi perbincangan hangat dan mengundang pro kontra bagaimana mengatasinya. “Buruknya kualitas udara Jakarta sangat serius dan perlu terobosan untuk mengatasinya,” seru Gus Irawan saat dimintai komentarnya lewat sambungan Whatsapp, Kamis (8/8/2019).

Sumber utama polusi yang mencemari udara Jakarta datang dari kendaraan bermotor yang memadati ruas-ruas jalan Ibu Kota. Gas buang kendaraan yang ada sekarang sangat tidak ramah lingkungan karena bersumber dari energi fosil. Langkah Pemprov DKI Jakarta yang memperluas pemberlakuan ganjil-genap di jalan-jalan tertentu dan membatasi usia angkutan umum mungkin bisa sedikit menyumbang solusi mengatasi pencemaran udara.

Namun, yang terpenting, tegas Gus Irawan, bagaimana Pemprov Jakarta mulai menggalakkan energi ramah lingkungan seperti produksi mobil listrik dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) untuk pembangkit listrik setempat. “Terobosan tersebut dengan menggunakan energi yang ramah lingkungan, termasuk tentunya penggunaan mobil listrik dan pembangkit listrik yang ramah lingkungan,” pandang politisi Partai Gerindra itu.

Pemanfaatan EBT, sambung legislator dapil Sumut II Ini, bukan hanya keharusan, tapi memang sudah terikat dengan Perjanjian Paris yang telah diratifikasi pada 2016 yang lalu. Pemanfaatan EBT itu juga sekaligus sebuah kebutuhan untuk mengatasi kualitas udara Ibu Kota yang sangat buruk, bahkan terburuk di dunia. “Pemprov DKI sudah mengambil kebijakan dengan membatasi angkutan umum yang beroperasi di Ibu Kota maksimal berusia 10 tahun. Tapi itu sangat tidak cukup, perlu terobosan pula dari pemerintah pusat,” tutupnya.

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com