Banyak kalangan yang mengatakan popularitas dan elektabilitas bakal calon presiden Joko Widodo tidak berpengaruh signifikan dengan perolehan suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam Pemilihan Umum Legislatif, 9 April lalu.
Tapi, CEO Pollmark Indonesia-Political Marketing Consulting Eep Saefullah Fatah mengatakan hal yang berbeda. Menurutnya, Jokowi Effect atau pengaruh Jokowi terhadap kemenangan PDIP cukup besar. Hal tersebut dilihat dari peta persebaran pemilih PDIP di sejumlah provinsi.
“Jokowi effect kelihatan, jika dilihat dari persebarannya. Tahun 2009, PDIP menang di lima propinsi, yaitu Bali, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Jawa Tengah,” ujar Eep dalam seminar bertajuk The 14th Annual Citi Economic and Political Outlook Indonesia: The Next Year di Hotel Four Seasons, Kuningan, Jakarta, Rabu (16/4/2014).
Eep menjelaskan, kemenangan PDIP bertambah di sejumlah provinsi pada Pileg kali ini. Berdasarkan survei Litbang Kompas, pada Pileg 9 April 2014, lumbung suara PDIP menyebar di Sumatra Utara, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara.
Survei itu menyebutkan PDIP memperoleh suara hingga 19,4%. Dari angka tersebut, 13,8% merupakan pendukung loyal yang tetap mencoblos banteng moncong putih. Sementara itu, swing voters atau suara mengambang yang memilih PDIP sekitar 5,6%. Mereka merupakan pemilih tambahan.
Selain kerja mesin partai, kata Eep, Jokowi effect berjasa atas perolehan suara PDIP. Bahkan, Eep menilai popularitas Jokowi lebih tinggi dari popularitas partai.
“Banyak pemilih yang beda partai, namun saat memilih presiden, mengerucut pada satu sosok jagoan, yaitu Jokowi,” katanya. (mt/IP)
Tinggalkan Balasan