INDOPOLITIKA.COM- Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri mengatakan impor migas yang kerap dilakukan oleh mafia migas tidak akan pernah berhenti selama konsumsi masih tinggi, sementara produksi terus merosot. Kata dia, kebutuhan akan migas akan terus bertambah selama jumlah penjualan sepeda motor dan mobil terus naik.

“Intinya gini, Pak Jokowi marah-marah ada mafia migas yang doyan impor migas. Terlepas ada atau tidaknya, impor akan naik terus. Kenapa? Jumlah mobil dan sepeda motor naik, produksi minyak turun. Kalau tidak impor dari mana? Gak ada urusannya dengan mafia,” kata Faisal Basri di Jakarta, Rabu (18/12/2019).

Ekonom senior Indef ini juga tak menampik modus operandi yang dilakukan oleh mafia migas di tubuh petral periode 2014-2015 adalah dengan cara memburu rente sehinga berdampak merugikan negara.

Faisal juga cukup kebingungan kenapa soal mafia migas ini presiden harus marah-marah. Urusan seperti ini, kata dia, harus ada konduktor yang tegas. Bukan cuma fokus soal menekan impor, tapi juga sumber ekspor Indonesia yang harus ditingkatkan agar tidak defisit.

“Presiden ngomong kita bingung, Menko kita bingung, menterinya juga bingung, tiba-tiba ada bibit lobster juga. Belum dua bulan aja sudah start dari nol lagi,” sindir Faisal.

Kata dia, kalau soal pembangunan kilang dan CAD presiden tidak bisa juga menyalahkan mafia migas sebagai biang keroknya.

Untuk menarik margin keuntungan dalam hal pembangunan kilang,  Faisal meminta agar  pemerintah melibatkan petrokimia. Dia mengkaim jika pembuatan kilang terintegrasi dengan petrokimia, pemerintah akan menarik keuntungan yang besar.

“Kalau jual BBM saja untungnya sedikit, untung banyak kalau produksi petrokimia begitu,” jelasnya.

Sejak ada kebijakan seperti B20 dan B30 kata Faisal Impor migas itu sebenarnya turun. Tapi perlu diperhatikan bahwa yang turun itu hanyalah solar atau diesel, sementara pemakaian BBM lainnya seperti premium terutama masih ketergantungan dari impor.

CAD terjadi karena ada penurunan signifikan dari sumber pendapatan utama, salah satunya adalah ekspor komoditas. Salah satu andalan RI adalah ekspor sawit yang kini tengah bermasalah, dan dipakai di dalam negeri.

“CPO yang biasanya ekspor sekarang dipakai di dalam negeri, ekspornya turun. Kalau digabung kan nol, ga ada efeknya.”[pit]

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com