Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, Indonesia harus mengejar dua hal, yaitu investasi di bidang infrastruktur, dan investasi di bidang SDM. Karena di dua hal  inilah, menurut Presiden, Bangsa Indonesia tertinggal dari negara-negara lain.

Menurut Presiden, stok infrastruktur Indonesia itu baru pada angka 38%, sangat rendah sekali, inilah yang ingin dikejar.

Sementara di bidang pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), sebagaimana dilakukannya pada sidang-sidang kabinet, Presiden meminta para menteri untuk memikirkan terobosan yang signifikan.

“Terobosan-terobosan besar harus kita lakukan di bidang pengembangan sumber daya manusia, terutama di bidang pendidikan, lebih spesifik lagi, dalam pendidikan tinggi. Terobosan di bidang pendidikan harus lebih signifikan dibanding dengan terobosan di bidang infrastruktur,” tegas Presiden Jokowi saat membuka Konferensi Forum Rektor Indonesia (FRI) 2018, di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Kamis (15/2) sore.

Terobosan besar dalam pengembangan sumber daya manusia, terobosan besar dalam pengembangan pendidikan tinggi, lanjut Presiden, harus dilakukan secara serius. Artinya, tegas Presiden, para rektor harus bekerja keras lagi.

“Kita mati-matian mengubah infrastruktur kita, begitu pun juga SDM kita, akan mati-matian kita mengubah konsep, cara, keputusan lapangan, semuanya akan kita ubah,” tegas Kepala Negara.

Meskipun sudah menyampaikan berkali-kali, Presiden menegaskan, dirinya tidak akan pernah bosan untuk mengulangi terus, bahwa dalam bekerja semua harus fokus, harus punya prioritas, apa yang ingin dikerjakan, tidak mungkin seperti yang lalu-lalu. Ia menyampaikan bahwa ada anggaran diecer-ecer di semua tempat.

“Sudah bertahun-tahun kita melakukan itu dan hasilnya enggak terasa, mengontrolnya secara manajemen juga sulit. Duitnya hilang, hasilnya enggak kelihatan sama sekali. Baunya saja kadang-kadang enggak kelihatan, apalagi fisiknya,” terang Presiden.

Untuk itulah, Presiden meminta para rektor anggota Forum Rektor Indonesia agar tidak terjebak pada rutinitas yang monoton.

“Harus berani melakukan perubahan, harus berani melakukan inovasi,” ujar Presiden Jokowi seraya menambahkan, dirinya sudah menegur Menristekdikti agar fakultas-fakultas yang sudah berpuluh tahun tidak mengubah diri, segera diubah, karena dunia ini betul-betul sudah berubah dengan sangat cepatnya.

“Saya minta Menristekdikti untuk melakukan deregulasi dan debirokratisasi di Kementerian Ristekdikti. Saya enggak mau lagi dengar nanti Rektor masih ngurus ini, ngurus itu,” sambung Presiden.

Presiden meminta Menristekdikti duduk bareng dengan menteri-menteri terkait untuk mengembangkan sistem informasi yang handal, membangun aplikasi-aplikasi yang simpel yang menyederhanakan pekerjaan administrasi.

“Ini akan menjadi contoh bagi kementerian yang lain. Karena biasanya yang cepat mengubah dan berubah itu memang perguruan tinggi, dan dimulai dari Kementerian Ristekdikti dahulu. Ini sebetulnya mudah asal niat, asal mau,” tutur Presiden Jokowi.

Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Ibu Negara Iriana, Menristekdikti M. Nasir, Mensesneg Pratikno, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo,  Ketua Forum Rektor RI Prof Suyatno, dan Rektor Unhas Prof Dwia Ariestina Pulubuhu. (rls)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com