INDOPOLITIKATholos Foundation, sebuah lembaga think tank yang fokus pada riset keterbukaan ekonomi, baru saja merilis International Trade Barriers Index (TBI) 2025.

Dalam indeks tersebut, Indonesia tercatat sebagai negara dengan kinerja terburuk, terutama karena regulasi perdagangan yang rumit.

TBI merupakan sebuah indeks global yang mengukur tingkat keterbukaan dan hambatan perdagangan antarnegara. Hambatan-hambatan ini dibagi dalam tiga kategori utama: tarif, hambatan non-tarif (NTB), dan pembatasan layanan.

Sementara itu, hambatan perdagangan tidak langsung meliputi kinerja logistik, hak cipta, pembatasan perdagangan digital, serta keanggotaan dalam perjanjian perdagangan bebas (FTA).

Indonesia menempati peringkat terbawah, yaitu peringkat 122 dari 122 negara yang tercantum dalam indeks ini.

Philip Thompson, seorang analis kebijakan Tholos Foundation, mengungkapkan bahwa meski Indonesia berada di posisi terakhir, hal ini justru menunjukkan potensi besar. Ia juga berharap pemerintah baru di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dapat memperbaiki situasi ini.

“Indonesia berada di posisi terburuk dalam hal pembatasan layanan, dan ini menjadi studi kasus utama dalam TBI 2025, terutama terkait dengan pembatasan layanan pada iPhone yang disebabkan oleh persyaratan TKDN,” ungkap Thompson saat peluncuran indeks tersebut dalam acara Innovation Summit Southeast Asia 2025.

Pemerintah Indonesia sendiri telah mulai menanggapi masalah TKDN dan regulasi perdagangan yang rumit ini secara lebih serius.

“Saat ini, banyak perusahaan dari AS dan Eropa yang mencari alternatif rantai pasok di Asia. Reformasi yang berbasis pada pemikiran praktis bisa membawa Indonesia ke era baru,” tambah Thompson.(Hny)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com