Warga bersepeda di tengah gelombang panas di Tokyo, Jepang, 9 Agustus 2017. (Foto: AFP/KAZUHIRO NOGI)

Tokyo: Gelombang panas menewaskan sedikitnya 14 orang selama tiga hari sepanjang pekan kemarin. Suhu tinggi ini juga menghambat perbaikan di sejumlah daerah yang dilanda banjir dan tanah longsor. di mana lebih dari 200 orang tewas dalam musibah tersebut.

Suhu di beberapa wilayah Jepang pada Senin kemarin melonjak di atas 39 derajat Celcius. Dikombinasikan dengan kelembaban tinggi, maka temperatur ini memicu kondisi berbahaya.

Dari 14 korban tewas akibat gelombang panas, terdapat seorang wanita berusia 90-an. Ia ditemukan meninggal dunia di sebuah ladang. Ribuan orang lainnya dirawat di rumah sakit akibat kondisi yang berhubungan dengan gelombang panas.

Hawa panas terkuat melanda daerah-daerah seperti prefektur Gifu, di mana suhu melonjak menjadi 39,3 Celcius di kota Ibigawa. Sementara suhu di Tokyo tercatat 34 derajat Celsius.

Suhu di bagian barat Jepang yang terkena banjir mencapai 34,3 Celcius hari ini, menciptakan kondisi berbahaya bagi personel militer dan relawan dalam membersihkan lumpur dan puing-puing bangunan.

“Ini benar-benar panas. Yang bisa kita lakukan adalah terus minum air,” kata seorang pria di Okayama kepada televisi NHK, seperti dikutip dari Channel News Asia, Selasa 17 Juli 2018.

Menurut keterangan Badan Meteorologi Jepang (JMA), suhu 35 derajat Celcius atau di atasnya tercatat di 200 lokasi pada Minggu kemarin. JMA menyebut kondisi ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Tahun lalu, 48 orang di Jepang meninggal dunia akibat gelombang panas antara Mei dan September, dengan 31 kematian pada Juli, menurut Fire and Disaster Management Agency.

JMA menyebut gelombang panas saat ini terjadi karena pelapisan dua sistem tekanan tinggi di sebagian besar Jepang dan diperkirakan akan terus berlanjut selama sisa pekan, atau bahkan bisa lebih lama lagi.

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com