INDOPOLITIKA.COM- Presiden Jokowi mengaku sudah bertemu dengan oknum yang membuat Indonesia tidak berhenti impor migas. Dalam pertemuan tersebut, Jokowi memintanya agar berhati-hati, karena dirinya sudah tau siapa dalang di belakang impor tersebut.
“Saya cari, sudah ketemu siapa yang senang impor sudah mengerti saya. Saya ingatkan bolak balik kamu hati-hati, saya ikuti kamu, jangan halangi orang ingin membikin batu bara jadi gas. Gara gara kamu senang impor gas. Kalau ini bisa dibikin sudah nggak ada impor gas lagi. Saya kerja apa Pak? Ya terserah kamu. Kamu sudah lama menikmati ini,” tutur Jokowi.
Dalang dari kegiatan impor migas selama ini sudah mengeruk keuntungan cukup besar. Kata dia, dalam satu hari oknum tersebut bisa mengimpor 800 ribu barel minyak mentah dan BBM.
Jokowi menegaskan selama 30 tahun terakhir Indonesia kesulitan dalam hal pembuatan kilang lantaran disebabkan adanya mafia migas.
Jokowi mengungkapkan ini berdasarkan dari hasil temuan yang dilakukan oleh anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang dibentuk oleh Jokowi pada 2014-2015.
Dari hasil penyelidikannya Tim Reformasi Tata Kelola Migas menemukan bahwa para mafia pemburu rente impor minyak ini memperoleh US$ 2-3 per barel per hari.
Jika dihitung, sehari Indonesia mengimpor sebanyak 800 ribu barel berupa produk BBM dan minyak mentah. Artinya, mafia-mafia itu mendapatkan sekitar US$ 2,4 juta sehari atau setara dengan Rp 33,6 miliar per hari dari impor minyak Indonesia. Adapun dalam sebulan keuntungannya mencapai sekitar Rp 1 triliun.
Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas Fahmy Radhi menjelaskan perburuan rente ini dilakukan melalui bidding dan blending, yang dilakukan oleh Petral di Singapura saat itu.
“Memang bidding Petral dilakukan secara on line. Tetapi anehnya, beberapa NOC pemenang bidding dari negara bukan penghasil Minyak, antara lain: Italia, Vietnam, dan Maldives,” jelasnya.
Dengan cara kerja NOC atau perusahaan migas nasional itu hanya digunakan sebagai bendera untuk memasok minyak impor ke Petral, yang pemasok sebenarnya perusahaan trading yang beroperasi di Singapura milik warga negara Indonesia.
Tim juga pernah mengungkap soal kontrak minyak yang didapatkan para mafia ini selama 2012 hingga 2014 lalu. Dalam 3 tahun, jaringan mafia migas ini menguasai kontrak jual beli minyak senilai US$ 18 miliar atau setara Rp 250 triliun.
Meskipun Petral sudah bubar, menurut beberapa pejabat ulah importir minyak ini belum berhenti. Salah satunya diungkap oleh Wakil Presiden RI 2014-2019 Jusuf Kalla, menurutnya salah satu penyebabnya adalah karena ada lobi-lobi importir minyak.
“Ada lobi-lobi importir minyak, tujuannya agar kita impor terus,” ujar Jusuf Rabu (11/12/2019).
Ia menuturkan, kilang terakhir yang dibangun Indonesia adalah kilang Balongan pada 1995. Sejak saat itu, memang susah sekali membangun kilang di negeri ini. Selain ulah importir minyak yang mengganggu, ada juga permasalahan lainnya yang membuat pembangunan kilang ini terhambat.
“Dana juga masalah, tapi yang paling penting itu ya tekadnya untuk selesaikan itu. Mafia-mafia impor itu memang susah,” katanya.[pit]
Tinggalkan Balasan