INDOPOITIKA.COM – Penyesuaian harga BBM perlu menjadi momentum perbaikkan struktur pemberian subsidi dari pemerintah.
Pakar ekonomi dari Universitas Airlangga Surabaya, Wisnu Wibowo mengatakan, kenaikan harga BBM sejatinya akan dilakukan pemerintah sejak Maret lalu lantaran besarnya disparitas antara asumsi harga BBM di APBN dengan harga minyak dunia.
Namun saat itu, kata dia, pemerintah menilai waktunya belum tepat karena mendekati puasa dan Hari Raya Idul Fitri sehingga dikhawatirkan akan semakin menambah beban masyarakat.
Wisnu mengamini saat ini ada penurunan harga minyak dunia sekitar 85 dolar AS per barel. Namun demikian, ia mengingatkan bahwa asumsi APBN untuk BBM hanya 63 dolar per barel.
“Ini yang membuat sistem fiskal kita jebol. Jadi penyesuaian harga ini adalah alternatif yang bisa ditempuh pemerintah untuk menyelamatkan APBN kita,” kata Wisnu Wibowo kepada wartawan, Jumat (9/9).
Di sisi lain, penyesuaian harga BBM bisa menjadi momen memperbaiki alokasi dan struktur pemberian subsidi kepada masyarakat. Selama ini, masih banyak masyarakat di luar kelompok tersasar yang ikut menikmati subsidi BBM.
Dia mencontohkan, kendaraan di atas 2.000 CC masih ada yang mengonsumsi BBM subsidi jenis Pertalite. Berkurangnya disparitas harga antara Pertalite dan Pertamax juga diharapkan membuat kelompok masyarakat mampu beralih ke BBM nonsubsidi.
Dikatakan Wisnu, uji coba pendaftaran kendaraan melalui laman Pertamina juga menjadi peluang bagi pemerintah membangun database kepada masyarakat yang layak menerima subsidi.
“Ketika database siapa yang layak menerima subsidi sudah terbangun dengan pendekatan digitalisasi data, pemerintah akan semakin berani memberikan subsidi karena potensi kebocoran lebih bisa dikendalikan,” tutupnya.