INDOPOLITIKAHarga emas diperkirakan akan terus menguat hingga mencapai Rp2,1 juta per gram. Menurut pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, harga emas global berpeluang menembus angka USD 3.400 per troy ounce pada kuartal ketiga tahun ini.

Lonjakan harga emas tersebut didorong oleh berbagai faktor global, seperti meningkatnya ketegangan geopolitik serta kemungkinan penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed).

“Kalau harga benar-benar mencapai USD 3.400, kemungkinan besar itu akan terjadi pada semester kedua, tepatnya di kuartal ketiga,” ujar Ibrahim, Senin (14/4/2025).

1. Kenaikan Harga Emas

Apabila prediksi ini terbukti, maka harga emas dalam negeri diperkirakan akan melonjak tajam. Dengan asumsi nilai tukar rupiah tetap di atas Rp16.800 per dolar AS, harga emas lokal berpotensi menyentuh angka Rp2.150.000 per gram.

Ibrahim menjelaskan bahwa ketegangan geopolitik yang terus berlangsung di kawasan Timur Tengah dan Eropa, serta potensi terjadinya perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, menjadi faktor utama pendorong kenaikan harga emas.

“Tiongkok kemungkinan akan menarik investasinya dalam bentuk obligasi, sementara Amerika Serikat berpotensi melakukan pembelian kembali (buyback) dan menjual obligasi tersebut dengan harga rendah. Situasi ini memicu ketegangan geopolitik dan dimanfaatkan oleh investor untuk beralih ke aset aman seperti emas,” paparnya.

2. Faktor Pendorong Kenaikan Harga Emas

Selain ketegangan geopolitik, prospek penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) turut meningkatkan minat investor terhadap emas. Dengan inflasi di Amerika Serikat yang terus melandai—terakhir tercatat sebesar 2,5%—Ibrahim memprediksi bahwa The Fed berpeluang memangkas suku bunga lebih dari tiga kali sepanjang tahun ini.

“Kalau The Fed benar-benar menurunkan suku bunga lebih dari tiga kali, maka itu menjadi sinyal kuat bahwa harga emas global akan terus menanjak,” kata Ibrahim.

Ibrahim juga menyoroti adanya potensi sentimen positif dari arah kebijakan perdagangan luar negeri Indonesia. Ia mengungkapkan bahwa saat ini pemerintah Indonesia sedang menjalin negosiasi dengan Amerika Serikat guna mencapai kesepakatan bersama terkait tarif impor.

“Terdapat tiga poin utama yang diusulkan dalam kerangka solusi bersama. Pertama, peningkatan kuota impor untuk komoditas seperti kedelai, kapas, kain, serta minyak dan gas. Kedua, pengurangan beban fiskal melalui pemberian insentif, termasuk pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Ketiga, deregulasi atas produk elektronik dan teknologi asal Amerika Serikat,” jelasnya.

Apabila kesepakatan ini berhasil dicapai dalam waktu dekat—seperti yang dijadwalkan pada 17 April—menurut Ibrahim, hal tersebut dapat menguatkan nilai tukar rupiah dan turut menahan kenaikan harga emas di pasar domestik.

“Jika solusi tersebut disetujui, dampaknya akan signifikan. Rupiah akan menguat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ikut terdorong. Dan saat rupiah menguat, otomatis harga logam mulia dalam negeri bisa ditekan,” tambahnya.

Dengan mempertimbangkan berbagai dinamika global dan domestik yang memengaruhi pergerakan harga emas, para investor diimbau untuk terus memantau arah kebijakan moneter serta perkembangan situasi geopolitik sebagai acuan dalam mengambil keputusan investasi. (Rzm)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com