INDOPOLITIKA – Lonjakan harga tiket festival musik Coachella mendorong mayoritas pengunjung, terutama generasi muda, untuk memanfaatkan skema pembayaran cicilan atau sistem buy now pay later (BNPL). Lebih dari 60% penonton memilih membayar tiket secara mencicil guna menyiasati tingginya biaya masuk.

Dengan uang muka mulai dari US$41 (sekitar Rp688 ribu) hingga US$49,99 (sekitar Rp840 ribu), pengunjung sudah bisa mengamankan tiket masuk. Padahal, harga tiket reguler kini dibanderol antara US$599 (Rp10 juta) hingga US$1.399 (Rp23 juta), tergantung kategori dan fasilitas.

Dalam satu dekade terakhir, harga tiket Coachella tercatat naik hampir 40%. Seiring kenaikan tersebut, tren penggunaan sistem cicilan pun meningkat tajam. Jika pada tahun 2009 hanya sekitar 18% pengunjung yang menggunakan metode ini, kini skema cicilan menjadi pilihan mayoritas.

Meskipun sistem pembayaran ini tidak dikenakan bunga, pengunjung tetap diwajibkan untuk disiplin membayar tepat waktu. Jika terlambat lebih dari 10 hari, pihak penyelenggara berhak membatalkan pemesanan.

Jika pembatalan terjadi, seluruh pembayaran yang telah dilakukan tidak dikembalikan dalam bentuk uang tunai, melainkan dalam bentuk kredit yang hanya berlaku selama 12 bulan dan harus digunakan pada pembelian selanjutnya.

Meningkatnya popularitas layanan BNPL dari perusahaan besar seperti Klarna dan Affirm mulai memberi tekanan pada model cicilan prabayar yang sebelumnya dikembangkan langsung oleh promotor acara.

Tren ini tak hanya terjadi di Coachella. Festival musik internasional lainnya seperti Bonnaroo di Amerika Serikat dan Bloodstock di Inggris juga mulai mengadopsi sistem cicilan ringan, menunjukkan perubahan global dalam cara masyarakat membiayai hiburan dan gaya hidup.(Chk)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com