Hingga akhir Maret 2018 atau sepanjang triwulan I tahun 2019, realisasi Belanja Negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 telah mencapai Rp419,55 triliun, atau meningkat 4,88 persen  jika dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya (yoy).

“Realisasi Belanja Negara tersebut meliputi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp233,95 triliun dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar Rp185,60 triliun,” bunyi siaran pers yang dirilis oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Senin (14/6).

Jumlah TKDD tersebut, menurut siaran pers itu,  termasuk penyaluran Dana Desa sebesar Rp10,28 triliun yang mendukung program cash for work serta penyaluran Dana Otonomi Khusus sebesar Rp1,69 triliun.

Meski terdapat kenaikan pada realisasi Belanja Negara, namun terdapat penurunan dari sisi defisit APBN, yaitu dari Rp103,8 triliun (triwulan I-2017) menjadi Rp85,8 triliun (triwulan I-2018). Hal ini tidak terlepas dari membaiknya penerimaan negara dan realisasi pembiayaan APBN dilakukan dengan hati-hati, terukur, dan efisien.

Menurut siaran pers Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu itu, hingga akhir Maret 2018, defisit APBN telah dipenuhi melalui pembiayaan utang sebesar Rp148,22 triliun (neto), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp187,9 triliun.

Sejalan dengan ini, utang Pemerintah hingga akhir Maret 2018 juga terjaga di tingkat aman pada rasio 29,78 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau sebesar Rp4.136,39 triliun.

“Terjaganya rasio utang terhadap PDB tersebut merupakan implikasi dari strategi pembiayaan utang front loading guna mengantisipasi ketidakpastian global, seperti perubahan kebijakan dagang negara maju, eskalasi krisis geopolitik dunia, dan kenaikan Fed Fund Rate AS,” tulis siaran pers itu.

P0ada triwulan I tahun 2018, menurut siaran pers Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu itu, rata-rata biaya utang baru Pemerintah tercatat sebesar 4,89 persen dengan rasio pembayaran bunga terhadap stok utang sebesar 1,66 persen, menurun dibandingkan triwulan I-2017 yang masing-masing sebesar 5,39 persen dan 1,78 persen.

Penurunan biaya utang di tengah tren peningkatan Fed Fund Rate ini merupakan dampak dari makin membaiknya fundamental perekonomian dan peringkat kredit Indonesia yang minggu lalu mendapat kenaikan satu notch di atas level terendah investment grade oleh Moody’s, seiring peningkatan peringkat kredit oleh Standard & Poor’s dan Fitch sebelumnya. 

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com