INDOPOLITIKA – Indonesia akan melakukan impor gula sebanyak 200 ribu ton untuk memperkuat stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP).

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menjelaskan bahwa impor gula tersebut penting untuk mengantisipasi potensi fluktuasi harga gula konsumsi menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), seperti Ramadan dan Idulfitri.

Arief menyatakan bahwa 200 ribu ton gula akan diimpor secara bertahap sepanjang tahun. Ia juga memastikan bahwa langkah ini tidak akan berdampak negatif pada petani, khususnya pada saat panen, karena impor hanya dilakukan untuk Gula Kristal Mentah (GKM), bukan Gula Kristal Putih (GKP).

“Kita membahas mengenai peningkatan CPP, karena stok gula untuk CPP memang diperlukan. Tadi harga gula yang dilaporkan BPS mulai menunjukkan kenaikan. Kontribusinya terhadap inflasi mencapai 1,4 persen, sehingga kita membutuhkan tambahan berupa raw sugar yang nantinya akan diproses untuk CPP,” ujarnya, Kamis (13/2/2025).

“Jadi, impor dilakukan bukan dalam bentuk GKP, tidak langsung seperti itu. Yang perlu dicatat adalah impor ini hanya untuk CPP. Kami ingin meningkatkan stok yang dikelola pemerintah. Bukan karena ada kekurangan produksi, karena kita masih memiliki pasokan cukup untuk sekitar 4 hingga 5 bulan ke depan. Namun, kita tidak ingin mengambil risiko untuk CPP,” jelasnya.

1. Stok Gula

Arief menjelaskan bahwa per 12 Februari, stok CPP dalam bentuk gula pasir total mencapai 34 ribu ton. Stok tersebut dikelola oleh ID FOOD sebanyak 22 ribu ton dan Perum Bulog sebanyak 12 ribu ton.

Jika dibandingkan dengan rata-rata kebutuhan konsumsi bulanan yang sekitar 235 ribu ton, stok CPP gula saat ini mencakup sekitar 14,47 persen dari kebutuhan.

Berdasarkan proyeksi neraca gula konsumsi per 21 Januari, diperkirakan kebutuhan konsumsi gula bulanan pada Maret 2025 akan meningkat seiring dengan datangnya bulan Ramadan.

Proyeksi kebutuhan konsumsi pada Maret nanti diperkirakan akan naik sebesar 13,39 persen, menjadi 251,8 ribu ton dibandingkan dengan Februari yang sebesar 222 ribu ton.

2. Produksi Gula

Diperkirakan produksi GKP akan mulai meningkat pada Mei 2025 dengan jumlah sekitar 166 ribu ton. Angka ini akan terus meningkat menjadi 392 ribu ton pada Juni dan 555 ribu ton pada Juli.

Puncak panen raya GKP diperkirakan akan terjadi pada Agustus dengan total produksi mencapai 621 ribu ton. Arief menyebutkan bahwa total kebutuhan konsumsi tahunan diproyeksikan mencapai 2,841 juta ton.

“Yang harus dijaga adalah harga di tingkat petani, karena mereka akan mulai panen pada April, Mei, dan Juni. Selain itu, biaya raw sugar akan lebih murah saat proses penggilingan bersamaan dengan panen. Itu yang menjadi pertimbangan. Sekitar 200 ribu ton raw sugar akan didatangkan tahun ini secara bertahap. Namun, yang penting adalah memastikan harga tidak jatuh di tingkat petani,” tambahnya.

3. Impor Tak Ganggu Petani

Pemerintah memastikan bahwa rencana impor 200 ribu ton gula sepanjang tahun 2025 tidak akan berdampak negatif bagi petani.

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menyatakan bahwa langkah ini tidak akan menyebabkan penurunan harga di tingkat petani.

Arief menjelaskan bahwa impor hanya akan dilakukan untuk Gula Kristal Mentah (GKM), bukan Gula Kristal Putih (GKP).

Menurutnya, kebijakan ini tidak akan mempengaruhi petani, terutama saat panen, dan malah akan mengantisipasi risiko fluktuasi harga gula konsumsi menjelang Ramadan dan Idulfitri.

“Kita membahas peningkatan CPP, karena stok gula untuk CPP ini sangat diperlukan. Tadi harga gula yang dilaporkan BPS mulai naik, dan kontribusinya terhadap inflasi mencapai 1,4 persen. Oleh karena itu, kita membutuhkan tambahan raw sugar yang nantinya akan diproses untuk CPP,” jelasnya. (Rzm)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com