Ilustrasi Telegram. (Foto; AFP)

Jakarta: Keberhasilan pemerintah Indonesia meredam penggunaan media sosial (medsos) untuk penyebaran hoaks dan paham radikal, dipuji Inggris. Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik mengatakan ingin agar pemerintahnya meniru pendekatan media sosial itu.

Menurut Moazzam, Indonesia telah berhasil menutup sumber hoaks dan menjalin hubungan baik dengan aplikasi media sosial, seperti Telegram dan Facebook.

"(Hubungan baik itu) untuk menghilangkan pesan-pesan ekstrimis dan radikal. Saya kira ada banyak yang bisa dipelajari dari Indonesia," ujar Moazzam usai acara diskusi bertajuk Demokrasi di Era Media Sosial, di Jakarta, Selasa 18 September 2018.

Dia mencontohkan saat CEO Telegram Pavel Durov datang menjalin kesepakatan dengan pemerintah. Menurutnya, hal tersebut berbuah penutupan 166 kanal terorisme di aplikasi tersebut.

Moazzam menilai langkah pendekatan pemerintah Indonesia dengan Telegram lebih berhasil daripada yang dilakukan negaranya. Dia berharap Pemerintah Inggris meniru hal tersebut.

"Hubungan antara pemerintah Indonesia dengan Telegram jauh lebih berhasil daripada pemerintah Inggris dan Telegram. Jadi, kita ingin mempelajari bagaimana pemerintah Indonesia berhasil dengan itu," lanjutnya.

Ia mengaku, hingga saat ini Inggris tidak memiliki Undang-Undang sekompleks UU ITE milik Indonesia. Namun, pemerintah Inggris sudah memiliki regulasi sendiri untuk menanggulangi ungkapan kebencian dan hoaks dalam politik.

Moazzam menambahkan ungkapan kebencian dan hoaks menimbulkan masalah bagi demokrasi. Meski pun demikian, Moazzam mengakui perlu waktu lebih lama untuk menyelesaikan masalah di media sosial untuk negara demokrasi karena tidak ada batasannya terhadap pengguna.

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com