INDOPOLITIKA – Duta besar Israel dan Iran saling mengkritik atas serangan baru selama sesi darurat Dewan Keamanan PBB mengenai ketegangan antara kedua negara.

Pada pertemuan PBB, 13 Juni 2025 kemarin, Duta Besar Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Danny Danon menuduh Iran “bersiap untuk perang”, menekankan bahwa serangan udara Tel Aviv ke Teheran hanyalah “tindakan pertahanan nasional”.

“Kami mengambil tindakan ini bukan karena kami menginginkannya, tetapi karena kami tidak punya pilihan lain,” katanya, seraya menambahkan bahwa intelijen menunjukkan bahwa Iran, Hizbullah, dan Hamas tengah merencanakan serangan mendatang terhadap Israel.

“Serangan ini akan jauh lebih canggih daripada peristiwa 7 Oktober,” katanya, mengacu pada serangan Hamas terhadap Israel selatan pada tahun 2023.

“Rencana ini bukan lagi sekadar ambisi. Rencana ini sudah berlangsung dan akan segera dilaksanakan,” katanya dilansir Reuters.

Danon menegaskan bahwa Israel melancarkan serangan udara “untuk menjamin keselamatan rakyatnya sendiri.” Duta Besar Israel menambahkan bahwa Tel Aviv dengan sabar menunggu solusi diplomatik meskipun ada banyak risiko.

Duta Besar Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Danny Danon. Foto: CNN

“Kami menunggu diplomasi membuahkan hasil. Kami telah menyaksikan negosiasi berlarut-larut di mana Iran telah membuat konsesi palsu atau menolak persyaratan paling mendasar,” katanya.

Duta Besar Israel mengatakan intelijen Israel juga mengungkapkan bahwa Iran dapat memproduksi cukup uranium untuk membuat beberapa bom nuklir dalam beberapa hari.

Sementara itu, Duta Besar Iran untuk PBB Amir Saeid Iravani mengatakan serangan Israel terhadap fasilitas nuklir damai, pangkalan militer, infrastruktur sipil, dan kawasan pemukiman adalah tindakan “agresif dan ilegal”.

Ia mengatakan 78 orang, termasuk pejabat militer senior, telah tewas dan 320 orang terluka dalam serangan Israel, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil. “Pembunuhan yang disengaja dan sistematis ini tidak hanya ilegal, tetapi juga tidak manusiawi,” katanya.

Duta Besar Iravani menuduh Israel berusaha “mematikan diplomasi, menyabotase negosiasi, dan menyeret kawasan tersebut ke dalam konflik yang lebih besar.” Ia juga mengkritik Amerika Serikat karena “terlibat” dalam tindakan Israel.

“Para pendukung Israel, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, harus memahami bahwa mereka terlibat. Dengan mendukung dan memfasilitasi kejahatan ini, mereka memikul tanggung jawab penuh atas konsekuensinya,” kata Iravani.

Beberapa pejabat PBB yang hadir dalam pertemuan itu menyerukan agar semua pihak menahan diri.

“Saya telah berulang kali menyatakan bahwa fasilitas nuklir tidak boleh diserang dalam keadaan apa pun, karena dapat membahayakan manusia dan lingkungan,” kata Rafael Grossi, kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

Duta Besar Iran untuk PBB Amir Saeid Iravani. Foto: AFP

Ia mengatakan telah terjadi kontaminasi radiologis dan kimia di dalam fasilitas Natanz, tempat Iran memproduksi uranium yang diperkaya 60%.

Namun, ia menambahkan bahwa situasi tersebut “dapat dikendalikan dengan tindakan yang tepat”, dan mengatakan IAEA siap mengirim pakar keamanan nuklir untuk membantu mengamankan lokasi tersebut jika diminta.

“Saya mengimbau semua pihak untuk menahan diri semaksimal mungkin guna menghindari eskalasi lebih lanjut,” katanya.

Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Politik Rosemary DiCarlo juga meminta kedua belah pihak untuk menunjukkan “pengekangan maksimal pada saat kritis ini”.

“Solusi damai yang dinegosiasikan tetap menjadi cara terbaik untuk memastikan sifat damai program nuklir Iran,” katanya.

“Kita harus menghindari konflik yang lebih luas dengan cara apa pun yang dapat menimbulkan konsekuensi global yang luas”. (Red)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com