Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (Foto: AFP)

Istanbul: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan jatuhnya lira, mata uang Turki, merupakan skenario politik Amerika Serikat (AS). Pasalnya, nilai lira jatuh usai AS mengeluarkan sanksi politik.

"Tujuan operasi itu adalah untuk membuat Turki menyerah di semua bidang, dari keuangan hingga politik," kata Erdogan di hadapan anggota partai berkuasa, dilansir dari laman Channel News Asia, Senin 13 Agustus 2018.

Menurut Erdogan, kini saatnya Ankara mencari pasar dan mitra baru. "Kami sekali lagi menghadapi plot politik, di bawah tangan. Dengan izin Tuhan, kami akan mengatasi ini," tukasnya.

Perselisihan dua sekutu NATO ini semakin memanas. Usai perseteruan mengenai Suriah, kini keduanya mencapai intensitas baru atas penahanan seorang pendeta Amerika di Turki.

Akibatnya, Washington menjatuhkan sanksi ekonomi untuk Ankara. Trump menaikkan tarif dagang hingga dua kali lipat terhadap produk Turki.

Hal ini menyebabkan nilai lira jatuh hingga 16 persen. Nilai tersebut merupakan rekor terendah baru terhadap dolar.

Erdogan kemudian mendorong warga untuk beramai-ramai menukarkan mata uang asing dengan lira. "Jika ada dolar di bawah bantal Anda, ambil. Jika ada euro, ambil. Segera pergi ke bank dan tukarkan dengan lira. Dengan melakukan itu, kita berjuang dalam perang kemerdekaan," tegas Erdogan.

Turki telah menahan Brunson selama hampir dua tahun. Ankara menuduhnya memiliki kaitan dengan Partai Pekerja Kurdistan dan gerakan Gulen, yang dituduh sebagai dalang di balik percobaan kudeta 2016.

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com