Indopolitika.comPilpres 2014 diprediksi akan berlangsung keras. Terlebih jika aliansi Gerindra, Golkar dan Hanura terwujud. Ketiganya dinilai mesin politik yang bernas menyokong ambisi Prabowo menjadi presiden.

”Ibarat mobil, ini kelasnya Ferari, bukan sebangsa inova,” kata Kholis Ridha pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah beramsal, Minggu, (4/5/2014).

Kholis Ridha menyatakan, Gerindra memiliki kekuatan uang dan kemampuan melakukan operasi tertutup. Golkar mempunyai jaringan birokrasi yang lumayan tersebar di tingkat pemerintah daerah, sementara Hanura menjadi  ‘pasukan udara’-nya di samping juga operasi intelejen.

“Ini seperti Golkar di era orde baru. Mau apa saja, bisa!” urai Kholis.

Kholis Ridha menjelaskan, pernyataan Jokowi di kantor DPC PDIP Jombang (3/5) yang meminta kader dan pendukungnya untuk mewaspadai serangan darat, laut, dan udara oleh lawan politiknya harus dimengerti dalam konteks seperti itu. Sebagaimana diberitakan, dalam kesempatan tersebut Jokowi mengingatkan kader dan pendukungnya untuk terus bergiat karena kemenangan belum lagi  diraih.

Kholis Ridha menilai, koalisi Gagah (Gerindra, Golkar dan Hanura) akan semakin bergigi jika Demokrat turut bergabung. Partai ini dinilainya masih punya potensi untuk menggerakkan birokrasi dari jalur kementerian dan BUMN.

“Dengan sokongan koalisi Gagah, akankah Prabowo melenggang mulus ke Istana Merdeka?,” tanya Kholis.

Kholis menambahkan, koalisi Gagah bukan tanpa masalah. Menurut dia, Wiranto dan Prabowo masih saling serang soal pelanggaran HAM di masa lalu. Prabowo juga pengecam pemerintahan SBY yang cukup konsisten. Aburizal Bakrie masih terganjal lumpur Lapindo dan perlawanan di internal partainya sendiri.

“Yang mempersatukan mereka adalah kepentingan meraih kekuasaan,” tutur Kholis Ridha yang juga Dosen UIN Syarif Hidayatullah itu. (Red/Ind)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com