INDOPOLITIKA – Kondisi langit Timur Tengah kembali menjadi saksi babak baru konflik antara Iran dan Israel. Untuk pertama kalinya dalam sejarah modern, Iran secara terbuka meluncurkan serangan langsung ke wilayah Israel.

Iran melancarkan serangan dengan persenjataan canggih berteknologi tinggi seperti rudal Sejjil dan rudal hipersonik Fattah sebagai balasan sebanding atas serangan Israel terhadap Iran yang telah menewaskan petinggi Iran, Komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Hossein Salami dan Kepala Staf Angkatan Udara Iran Mayjen Mohammad Bagheri. Langkah ini bukan hanya pembalasan militer—melainkan pernyataan politik yang mengguncang geopolitik regional.

Heroisme keberanian Iran yang menantang dan menyerang Israel secara terang-terangan dengan kekuatan militer yang signifikan yang diakui dunia.  Iran telah menunjukkan tekad dan kapasitas militer yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Iran tidak lagi bermain dalam bayang-bayang konflik proksi; mereka mengambil langkah terang-terangan, yang hal itu sesuatu yang menakutkan bagi negara-negara Muslim Timur Tengah yang membuat mereka hanya diam membisu terhadap kekejaman Israel atas rakyat Palestina yang teraniaya.

Bukan Soal Provokasi, Tapi Ketegasan

Tindakan kongkrit Iran bukan semata-mata provokatif. Ia dilandasi oleh prinsip ketegasan terhadap pelanggaran kedaulatan dan pembunuhan terhadap tokoh negaranya.

Selama ini, banyak negara Muslim di Timur Tengah memilih sikap netral atau diam terhadap agresi militer Israel, terutama terhadap rakyat Palestina. Iran, dalam hal ini, memperlihatkan bahwa kekuatan harus diimbangi dengan keberanian moral dan politik.

Persatuan Dunia Islam yang Tersandera Kepentingan

Ironisnya, banyak negara-negara Muslim di Timur Tengah bersikap pengecut, lembek dan masih terjebak dalam rivalitas sektarian, pengaruh Barat, dan kepentingan ekonomi jangka pendek.

Persatuan Islam yang seharusnya menjadi kekuatan geopolitik besar masih bersifat halusinatif. Secara potensi seakan kekuatan ‘seekor singa’ namun kenyataannya hanyalah kekuatan ‘seekor kucing’ yang tak berdaya di hadapan kekuatan raksasa Israel.

Mereka menampakkan diri hanyalah segerombolan besar negara yang egois dan hipokrit, saling tidak percaya satu dengan yang lain. Tersandra oleh adanya kepentingan asing yang membelah mereka.

Sebaliknya Iran, dengan segala kekurangannya, menunjukkan bahwa ketika sebuah negara Muslim memiliki tekad, strategi, dan keberanian, mereka bisa berdiri sejajar menghadapi tekanan global.

Ini seharusnya menjadi bahan refleksi bagi negara-negara seperti Arab Saudi, UEA, dan Mesir—yang memiliki kekuatan ekonomi dan politik besar namun kerap memilih jalur diplomasi setengah hati.

Teladan dalam Ketahanan dan Harga Diri

Sejatinya Iran telah lama menjadi sasaran sanksi ekonomi dan tekanan internasional, namun tetap mampu mengembangkan sistem pertahanan mandiri, teknologi militer, dan jaringan diplomasi yang kuat.

Ketahanan nasional Iran lahir dari semangat kemandirian yang seharusnya menjadi inspirasi bagi dunia Islam: bahwa harga diri sebuah bangsa tidak bisa dikompromikan demi stabilitas semu atau relasi ekonomi.

Momentum untuk Bangkit

Momentum serangan Iran ke terhadap Israel mungkin menjadi babak baru dalam ketegangan kawasan, tetapi di sisi lain, ini juga menjadi panggilan sadar bagi negara-negara Muslim: bahwa saatnya membentuk solidaritas yang kuat, bukan hanya dalam retorika, tetapi juga dalam tindakan nyata. Kekuatan dan keberanian harus dimiliki oleh semua negara Muslim, bukan hanya satu atau dua, demi menciptakan tatanan Timur Tengah yang lebih adil dan bermartabat. (***)

Penulis: Hasanudin Hamami, (Ketua Umum Jaringan Organ Santri (JAROS) dan Tenaga Ahli DPRD Banten)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com