INDOPOLITIKA – Keluarga GRO (17), pelajar SMK yang menjadi korban penembakan oleh anggota polisi di Semarang membantah keterangan kronologi dari pihak kepolisian.
Pihak keluarga GRO mengaku memiliki rekaman CCTV di tempat kejadian Perkara (TKP) penembakan berlangsung. Berangkat dari rekaman tersebut, keluarga GRO meyakini tidak terdapat unsur perlawanan yang dilakukan oleh korban sesaat sebelum ditembak oleh Aipda Robig.
Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu kerabat dari keluarga GRO. Ia mengatakan, pihak keluarga telah melakukan penyisiran ke lokasi kejadian dan menemukan CCTV yang merekam penembakkan di Jalan Penataran, Kelurahan Bambankerep, Ngaliyan, Kota Semarang.
“Kalau dari Polrestabes kan bilang kalau Korban (GRO) melawan dan ditembak. Nah, ini ada videonya kok, melawan atau enggak. Ini depan Alfamart,” jelas salah satu kerabat GRO pada Selasa (3/12/2024).
Kerabat GRO kemudian menunjukkan bukti rekaman CCTV berdurasi 41 detik terhadap wartawan. Dari video yang ditunjukkan, tampak seorang anggota polisi yang diduga berasal dari Satresnarkoba Polrestabes Semarang.
Anggota dalam video tersebut diduga adalah Aipda Robig Zaenudin yang berhenti di tepi jalan dan menghadang tiga motor sambil menembakkan senjata api.
Kerabat GRO menjelaslan bahwa usai ketiga motor tersebut lewat, anggota polisi tersebut tampak sempoyongan lalu jatuh. Kemudian saat hendak mengejar, polisi tersebut menaiki sepeda motornya lalu terjatuh kembali.
“Nah itu Polisinya kan naik N-Max itu, kayak nyegat. Nanti didengarkan itu ada motor lewat, ditembak. Kalau saya dengarkan harusnya 4 kali,” jelas kerabat GRO.
Selain itu, Kerabat GRO tersebut mengaku telah didatangi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) hingga Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Indonesia (KPPAI). Ia juga menunjukkan video CCTV tersebut ke Komnas HAM.
“Kemarin Komnas HAM hanya ditunjukkan (Video CCTV) tetapi tidak dikasih,” jelasnya.
Keluarga berharap kasus yang menimpa GRO (17) dapat diusut hingga untas dan transparan. Pihak keluarga tetap dalam pendirian dan tidak percaya jika GRO merupakan anggota geng.
“Pihak dari keluarga nggak percya Korban (GRO) anggota gangster. Karena anaknya pendiam, di rumah nggak ada atribut atau ornamen yang untuk tawuran,” jelasnya.
“Anaknya rajin sholat, nggak pernah pulang malam, kecuali sekitar 2 minggu lalu saat mau ada lomba Paskibra. Biasanya paling lama jam 23.00 WIB atau 00.00 WIB,” tutupnya. [MG-1]
Tinggalkan Balasan