INDOPOLITIKA.COM- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati keluhkan sikap masyarakat yang tidak menggubris peringatan dini terkait potensi musibah banjir yang disampaikan melalui prakiraan cuaca BMKG.
Dwikorita mengklaim, sejak 23 Desember 2019 lalu BMKG sudah menyampaikan peringatan dini melalui prakiraan cuaca bahwa akan terjadi hujan ekstrem di kawasan Jabodetabek.
Paling tidak, kata Dwikorita, BMKG sudah memberikan empat kali peringatan dini sejak 23 Desember 2019 lalu.
“Yaitu pada tanggal 23, 27, 28, terakhir kita bersama Kepala BNPB tangal 30 Desember, ternyata kita belajar, mungkin dianggap dampaknya kurang dahsyat. Ini pelajaran bagi kami,” kata Dwikorita di Kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Jumat (03/01/2020).
Dwikorita mengatakan masyarakat selama ini menganggap prakiraan cuaca BMKG secara berkala sama dengan perkiraan cuaca. Padahal kedua istilah itu berbeda.
Ia menyatakan bahwa prakiraan cuaca yang kerap diterbitkan BMKG memiliki akurasi tinggi sekitar 80-85 persen. Sebab, prakiraan cuaca memiliki metode ilmiah tersendiri dengan menggunakan radar yang diverifikasi dengan data lokal yang dimiliki BMKG.
“Itulah bedanya data prakiraan cuaca Indonesia dengan data internasional. Indonesia sudah diverifikasi dengan data lokal. Sehingga mohon dengan sangat percayalah prakiraan, memang bisa salah, perhitungan itu bukan tuhan,” kata Dwikorita.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, terkait siklus hujan dengan intensitas ekstrem di Indonesia yang terjadi saat ini. Dia mengatakan, siklus hujan intensitas ekstrem saat ini datangnya semakin cepat, akibat adanya perubahan iklim.
Awalnya, dijelaskan Dwikorita, siklus hujan ekstrem di Indonesia terjadi sekitar 10-20 tahun sekali. Kini siklus itu makin pendek menjadi sekitar 5 tahun sekali.
“Perubahan iklim itu yang mempercepat siklus itu datang. Jadi ada pengaruhnya,” tandasnya.[sgh]
Tinggalkan Balasan