INDOPOLITIKA – Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI), Bobby Rasyidin, menyatakan bahwa pihaknya akan menjalin kerja sama dengan BIP Danantara dalam upaya penataan utang terkait proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung Whoosh.

Pernyataan tersebut disampaikan Bobby saat merespons sorotan dari anggota Komisi VI DPR RI terkait beban utang yang ditanggung oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), pada rapat yang berlangsung, kemarin.

“Kami akan berkoordinasi dengan Danantara terkait persoalan KCIC ini,” ujar Bobby dalam kesempatan tersebut.

“Kami yakin dalam satu minggu ke depan, kami bisa memahami semua kendala-kendala, permasalahan-permasalahan yang ada di dalam KAI ini. Terutama kami dalami juga masalah KCIC yang seperti yang disampaikan tadi, memang ini bom waktu,” ungkap Bobby menjawab pertanyaan Komisi VI DPR RI.

Berdasarkan laporan keuangan tidak diaudit yang dirilis PT Kereta Api Indonesia (Persero) hingga 30 Juni 2025, diketahui bahwa salah satu anak perusahaannya, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia yang juga merupakan bagian dari proyek KCIC membukukan kerugian sebesar Rp4,195 triliun sepanjang tahun 2024. Laporan tersebut telah dipublikasikan melalui situs resmi perusahaan.

Sebelumnya, Komisi VI DPR RI mencecar Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI terkait rugi yang dialami konsorsiumnya, yakni Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

DPR menyebut kerugian proyek KCIC di paruh pertama 2025 mencapai Rp 1,6 triliun.

Anggota Komisi VI DPR RI, Hasani Bin Zuber, menyebut kerugian ini menjadi beban yang harus ditanggung oleh KAI. Di sisi lain, ia menyebut rugi KCIC sebesar Rp 2,69 triliun di tahun 2024.

“Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh, ini kan cukup besar tercatat kerugian Rp 1 triliun pada semester I 2025, ini tentu membebani PT KAI itu sendiri. Sementara itu kerugian mencapai Rp 2,69 triliun selama satu tahun di 2024. Pertanyaan saya, apa strategi PT KAI untuk mengurangi kerugian operasional Whoosh ke depan? Apakah ada skenario break even point yang sudah disusun?” terang Hasani dalam rapat bersama PT KAI, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (20/8/2025).

“Bapak kan (KAI) memegang saham dari PSBI 58% lebih. PSBI menguasai 60% (saham KCIC), dari China 40%. Pak, itu kalau dihitung, 2025 itu bisa beban keuangan dari kerugian KCIC itu bisa mencapai Rp 4 triliun lebih. Sekarang saja, beban keuangan sudah Rp 1,6 triliun (dalam) enam bulan,” tambah anggota DPR RI lainnya, Darmadi. (Hny)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com