INDOPOLITIKA Ratusan perusuh bertopeng menyerang polisi dan membakar rumah serta mobil di Ballymena, Irlandia Utara, pada malam kedua kerusuhan.

Kerusuhan ini diduga bermotif rasial menyusul protes atas dugaan serangan seksual di kota itu.

Polisi mengatakan mereka menghadapi “kekacauan serius” pada Selasa, (10/6/2025) malam di kota tersebut, yang terletak sekitar 45 km (30 mil) dari ibu kota Belfast, dan mendesak warga untuk menghindari daerah tersebut.

Petugas dengan perlengkapan anti huru hara dan mengendarai kendaraan lapis baja menanggapi dengan meriam air dan menembakkan peluru tongkat plastik setelah diserang dengan bom molotov, tiang perancah baja, dan batu yang dikumpulkan perusuh dengan merobohkan tembok di dekatnya, kantor berita Reuters melaporkan.

Satu rumah terbakar dan perusuh berusaha membakar rumah kedua, menurut laporan, sementara beberapa mobil dibakar.

Surat kabar Belfast Telegraph mengatakan bahwa sejumlah penduduk di Ballymena mulai menandai pintu depan rumah mereka untuk menunjukkan kewarganegaraan mereka guna menghindari serangan, sementara media massa Irlandia melaporkan bahwa ada seruan agar protes diadakan di kota-kota lain di Irlandia Utara, yang saat ini menjadi bagian dari Britania Raya.

Dalam kekerasan sebelumnya pada hari Senin, empat rumah rusak akibat kebakaran dan jendela serta pintu dihancurkan di rumah-rumah dan bisnis lainnya, ang menurut polisi sedang mereka selidiki sebagai serangan kebencian bermotif rasial.

“Pemandangan mengerikan dari kekacauan sipil yang kita saksikan di Ballymena lagi malam ini tidak memiliki tempat di Irlandia Utara,” kata menteri Irlandia Utara Inggris, Hilary Been, dalam sebuah posting di media sosial.

“Sama sekali tidak ada pembenaran atas serangan terhadap petugas PSNI [Kepolisian Irlandia Utara] atau atas vandalisme yang ditujukan pada rumah atau properti warga,” katanya.

Kerusuhan pertama kali meletus pada Senin malam setelah sebuah acara peringatan di lingkungan Ballymena tempat dugaan penyerangan seksual terjadi pada Sabtu.

Kerusuhan dimulai ketika orang-orang bertopeng “memisahkan diri dari acara peringatan dan mulai membangun barikade, menimbun rudal, dan menyerang properti”, kata polisi.

Dua remaja laki-laki, yang didakwa polisi atas tuduhan percobaan pemerkosaan terhadap seorang gadis remaja, telah hadir di pengadilan pada hari sebelumnya, di mana mereka telah meminta penerjemah berbahasa Rumania, menurut laporan media setempat.

“Kekerasan ini jelas bermotif rasial dan ditujukan pada komunitas etnis minoritas dan polisi,” kata Asisten Kepala Polisi Irlandia Utara Ryan Henderson.

Kepolisian Irlandia Utara mengatakan pihaknya sedang menyelidiki “serangan kebencian” terhadap rumah dan bisnis dan bahwa 15 petugas terluka dalam kerusuhan pada hari Senin, termasuk beberapa yang memerlukan perawatan di rumah sakit.

Cornelia Albu, 52, seorang migran Rumania dan ibu dua anak yang tinggal di seberang rumah yang menjadi sasaran serangan, mengatakan keluarganya “sangat takut”.

“Tadi malam, sungguh gila, karena terlalu banyak orang datang ke sini dan mencoba membakar rumah,” kata Albu, yang bekerja di sebuah pabrik, mengutip kantor berita AFP.

Dia mengatakan dia sekarang harus pindah, tetapi khawatir dia tidak akan menemukan tempat tinggal lain karena dia orang Rumania. (Red)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com