Indopolitika.com, Palembang — Dua bulan menjelang diselenggarakan pilkada Sumsel, banyak muncul spekulasi mengenai kemungkinan terjadinya politik uang. Hal demikian bahkan diamini oleh direktur SMRC Djayadi Hanan. Menurutnya, di akhir menjelang hari pemungutan suara kemungkinan terjadinya money politic sangat tinggi. Bahkan Djayadi Hanan meyakini yang akan memenangkan kontestasi adalah pasangan calon yang punya banyak uang. Meski pernyataan tersebut menunjukan bahayanya arah demokrasi Sumsel, namun tim Herman Deru menganggapnya sebagai sesuatu yang serius. Karenanya mereka mengajak rakyat Sumsel untuk bergabung dalam gerakan SAPU Sumsel atau Satuan Anti Politik Uang Sumatera Selatan.

Deni Ahmad Daelani, koordinator SAPU Sumsel menjelaskan, pasukan sukarelawan yang akan memantau politik uang di Sumsel telah dibentuk dan terus bertambah orangnya. Mereka akan bertugas di semua TPS di Sumsel untuk memantau terjadinya pembelian suara, penukaran suara dengan sembako dan sejenisnya. “Semua bentuk pelanggaran yang masuk kategori politik uang, akan kita pantau,” ujarnya kepada media di Palembang, Rabu (11/4).

Deni menyayangkan terjadinya asumsi bahkan keluar dari mulut pengamat, seolah kemenangan pilkada di Sumsel akan bisa diraih dengan uang. Menurutnya pendapat itu melukai perasaan orang Sumsel. “Apa iya orang Sumsel mau menukar suaranya dengan uang receh atau bungkusan sembako yang tidak seberapa. Jadi seharusnya justru rakyat dihimbau agar menyukseskan pilkada bersih dan fair,” pungkasnya.

Sementara itu Sahrun Shobri dari tim Herman Deru mengajak rakyat Sumsel bergabung dalam gerakan anti politik uang. Posisi Herman Deru yang unggul di semua survei, tidak boleh kalah karena lawan membeli suara. “Kami berharap penyelenggara bisa melaksanakan pilkada dengan fair dan pengawas yaitu bawaslu bisa mengawasi dengan seksama dan jangan main mata dengan yang punya kuasa. Rakyat mengawasi kalian,” pungkasnya. (ind)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com