Hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Independen Nusantara (LSIN) menunjukkan bahwa publik merekomendasikan sosok sentral Parpol untuk dicapreskan. Selain dari tiga parpol besar yaitu Demokrat, Golkar, dan PDIP, sulit bagi publik untuk menemukan sosok Capres selain dari tokoh sentral Parpol karena memang Parpol seperti Gerindra, Hanura, PKS, PAN, PKB, PBB, Nasdem, dan PKPI masih minim figur-figur tokoh nasional selain dari Ketua Umum atau Pendiri Parpol.
Survei nasional LSIN yang dilakukan rentang waktu 15 Agustus 2013 sampai 20 September 2013 ini melibatkan 1.500 responden dari 34 Provinsi di Indonesia di tambah beberapa responden dari luar negeri dengan maksud untuk menjajaki aspirasi publik terhadap munculnya pemimpin nasional dari masing-masing partai politik.
Direktur eksekutif LSIN, Yasin Mohammad, mengatakan bahwa hasil survei nasional LSIN menunjukkan bahwa masyarakat menyodorkan nama dari tokoh-tokoh sentral Parpol untuk dicapreskan. Dari Partai Gerindra publik mengajukan nama Prabowo Subianto, Partai PPP muncul nama Surya Dharma Ali, pada Partai Hanura diusulkan Wiranto, Partai PKS berada pada sosok Hidayat Nur Wahid, Partai PAN masih pada diri Amin Rais, partai PKB Muhaimin Iskandar, partai PBB Yusril Ihza Mahendra, Partai Nasdem Surya Paloh dan partai PKPI Sutiyoso.
Berikut adalah persentase elektabilitas Capres dari masing-masing Parpol:
Partai Gerindra : Prabowo Subianto 70,7%, Fadlizon 1,9%, lainnya 1,9%, Tidak Tahu 25,6%.
Partai Hanura : Wiranto 55,5%, Harry Tanoe Sudibyo 11,1%, Lainnya 0,2%, Tidak Tahu 32,9%
Partai PKS : Hidayat Nur Wahid 50,7%, Anis Matta 13,8%, Lainnya 2,2%, Tidak Tahu 33,3%
Partai PAN : Amin Rais 35,7%, Hatta Rajasa 30,8%, Lainnya 3,5%, Tidak Tahu 30,0%
Partai PPP : Surya Dharma Ali 30,8%, Lainnya 4,1%, Tidak Tahu 65,1%
Partai PKB : Muhaimin Iskandar 15,1%, Lainnya 5,5%, Tidak Tahu 79,5%
Partai PBB : Yusril Ihza Mahendra 41,8%, Lainnya 6,8%, Tidak Tahu 44,5%
Partai Nasdem : Surya Paloh 34,9%, Lainnya 3,4%, Tidak Tahu 61,6%
partai PKPI : Sutiyoso 13,7%, Lainnya 4,8%, Tidak Tahu 74,7%
Yasin Mohammad, menambahkan bahwa dari sembilan Parpol tersebut 4 Parpol teratas memunculkan dua tokoh Capres dan sisanya hanya sosok dari Ketum Parpol. Fenomena tersebut tidak lepas dari keberadaan Parpol yang masih selalu terpusat pada diri sosok pendiri atau Ketum Parpol baik dalam pengambilan kebijakan internal maupun kerja-kerja politik Parpol. Efeknya adalah Parpol tidak bisa memunculkan sosok alternatif di mata publik untuk dijadikan Capres selain Ketum atau Pendiri Parpol. Apalagi didukung dengan beberapa Parpol telah memutuskan Capresnya seperti PAN mencapreskan Hatta, Gerindra mencapreskan Prabowo, dan Hanura mendeklarasikan WIN-HT.
Menarik mencermati Parpol yang belum tergoda mendeklarasikan Capres seperti PKS, PPP, PBB, PKPI, Nasdem, dan PKB, Isu Capres sering dijadikan momentum untuk mendongkrak popularitas, acceptabiltas, dan elektabilitas Parpol. Hal yang sama juga dilakukan bagi Parpol yang sudah mendeklarasikan Capres dengan mengembangkan wacana Cawapresnya sebagaimana dilakukan Gerindra, dan PAN. Nama-nama Capres alternatif kemudian menjadi ‘bacakan’ bagi Parpol, Parpol saling berebut tokoh demi meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya. Tokoh-tokoh seperti Jokowi, Jusuf Kalla, Mahfud MD, Rhoma Irama, Dahlan Iskan, paling sering menjadi sasaran untuk diwacanakan menjadi Capres atau Cawapres.
Konstelasi politik Indonesia menjelang suksesi kepemimpinan 2014 seperti biasanya akan disuguhi perseteruan tiga parpol besar yaitu Demokrat, Golkar dan PDIP, dan sikap politik Parpol selain tiga besar tersebut menjadi kunci utama. Tidak menutup kemungkinan muncul kekuatan politik baru dalam bentuk koalisi dari gabungan seluruh atau beberapa Parpol dari partai seperti PKS, PPP, PBB, PKPI, Nasdem, PKB, PAN, Gerindra, dengan memunculkan pasangan Capres-Cawapres alternatif, jika benar-benar terwujud maka akan memberikan warna baru peta politik pemilu 2014.
Survei LSIN ini mengambil sampel sepenuhnya secara acak (probability sampling), menggunakan metoda penarikan sampel acak bertingkat (multistage random sampling), dengan memperhatikan urban/rural dan proporsi antara jumlah sampel dengan jumlah penduduk di setiap Provinsi. Responden adalah penduduk Indonesia yang berumur minimal 17 tahun, dengan didasarkan pada aspek gender, geografi, sosio kultural dan sosio ekonomi, dan ideologi politik responden. Tingkat kepercayaan survei ini adalah 95% dengan Margin of error sebesar ± 3,1%. Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara yaitu melalui telpon dengan panduan kuesioner dan wawancara langsung dengan panduan kuesioner oleh surveyor yang tersebar di seluruh Provinsi. (Red/ris)
Tinggalkan Balasan