INDOPOLITIKA- Pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang mencurigai truk menjadi salah satu penyumbang terbesar polusi udara di ibukota dibela oleh aktivis lingkungan hidup.

Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) mengungkap data terbaru proporsi sumber emisi kendaraan bermotor penyebab polusi udara Jakarta. Dan hasilnya adalah truk menempati urutan kedua sebagai penyumbang terbesar emisi gas buang di Jakarta.

“Jadi kalau Pak Anies marah-marah ke truk yang lalu lalang di tol melintas Jakarta ada benarnya,” kata Direktur KPBB Ahmad Safrudin saat dijumpai di kantornya di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat.

Safrudin memaparkan hasil penelitiannya terkait proporsi sumber emisi kendaraan bermotor penyebab polusi udara Jakarta. Dalam penelitiannya, data terbagi menjadi dua klasifikasi, yakni emisi yang membentuk gas CO2 dan debu polutan.

Menurut Safrudin, berdasarkan data yang dihimpunnya sepanjang sepekan lalu menunjukkan besaran polutan dan senyawa karbon dioksida (CO2) yang berasal dari pembakaran emisi kendaraan di Jakarta. Hasilnya, emisi dari bus menyumbang CO2 terbanyak sebesar 145.778 ton per hari atau 46 persen. Di belakangnya adalah 106.057 ton (33 persen) dari truk dan sepeda motor menempati urutan ketiga dengan 49.271 ton (16 persen).

Sedang emisi dari mobil pribadi menyumbang 9.934 ton atau 3 persen CO2, lalu khusus mobil diesel menghasilkan 7.765 ton (2 persen). Total CO2 yang dihasilkan, yakni 318.840 ton per hari.

Untuk sumber debu polutan, emisi motor terbanyak mengotori udara Jakarta yakni 8.533 ton atau 45 persen dari totalnya mencapai 19 ribu ton per hari. Urutan lainnya tetap yaitu 4.106 ton (21 persen) dari bus, 3.392 ton (18 persen) dari truk, 2.712 ton (14 persen) dari mobil pribadi, dan 374 ton (2 persen) dari mobil diesel.

Debu polutan ini mengandung beberapa senyawa antara lain 11.021 ton (56 persen) karbon monoksida; 4.250 ton (22 persen) nitrogen oksida; 3.127 ton (16 persen) hidrokarbon. Selain itu ada juga kandungan debu halus dan sulfur oksida.

Safrudin memaparkan sekitar 20 juta kendaraan berpotensi masuk ke Jakarta. Rinciannya, yakni 15 juta motor dan 5 juta mobil. “Yang bermasalah di Jakarta adalah emisi pencemaran udara atau polutan. Masalahnya tidak semua kendaraan berasal dari Jakarta tapi juga Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi),” ucap Safrudin.

Menurut Safrudin, pembakaran mesin kendaraan yang tak sempurna bakal menghasilkan senyawa-senyawa tersebut. Jika terhirup, maka memicu flek di paru-paru.

Pembakaran tidak sempurna lantaran kadar belerang yang tinggi dalam bensin jenis premium beroktan 88 dan solar. Karena itu, dia menilai, penggunaan premium dan solar tidak ramah lingkungan.

Safrudin melanjutkan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berwenang melindungi warganya dari polusi udara. “Pencemaran udara kita saat ini sudah kritis dan itu menjadi justifikasi kuat bagi gubernur untuk mencari cara agar kualitas udara di Jakarta meningkat. Salah satunya melarang bahan bakar yang tidak ramah lingkungan,” katanya menuturkan. [sgh]

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com