INDOPOLITIKA – Pada hari ketiga ibadah haji, yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha, para tukang cukur di Makkah bersiap melayani ribuan jemaah.
Setiap tahunnya, sekitar 6.000 peziarah dilayani dalam satu hari, sebagai bagian dari ritual keagamaan yang penting.
Para pria dengan celemek plastik sibuk menggunakan alat cukur elektrik dan pisau cukur tajam, memangkas rambut para jemaah dalam skala besar. Biaya layanan ini sekitar 60 riyal, setara dengan Rp260.000 per orang.
Jika dikalikan 6.000 pelanggan, pendapatan yang dihasilkan bisa mencapai sekitar Rp1,5 miliar hanya dalam sehari.
Med, seorang tukang cukur berusia 28 tahun asal Mesir, mengungkapkan kegembiraannya menjalani profesi ini.
“Meskipun terlihat sederhana, pekerjaan ini memberi kami kebahagiaan besar,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Kami merasa terhormat bisa melayani para jemaah dan bekerja di tempat yang suci.”
Meski tempat cukur rambut ini hanya beroperasi setahun sekali, mereka bukan satu-satunya pilihan. Di berbagai sudut Makkah dan wilayah Mina, area pinggiran kota berubah menjadi salon terbuka untuk para jemaah pada fase ini dalam haji.
Sepanjang jalan-jalan di Makkah, tempat cukur dipenuhi orang. Para pria mencukur habis rambut mereka sebagai bagian dari ritual, sementara wanita cukup memotong sehelai rambut seukuran ujung jari.
Sekitar 1,6 juta jemaah haji telah tiba di Makkah dan sekitarnya untuk menunaikan ibadah haji 2025. Haji adalah kewajiban sekali seumur hidup bagi setiap Muslim yang mampu secara fisik dan finansial.
Seorang jemaah asal Mesir menceritakan bahwa setelah selesai melempar jumrah di Jamarat, ia langsung mencari tempat potong rambut terdekat.
“Kami ingin segera berganti pakaian biasa dan merasa lebih nyaman,” katanya.
Meskipun harus mengantre cukup lama, ia tetap menunjukkan wajah ceria.
“Saya sangat bahagia! Ini adalah sunnah Nabi Muhammad. Kami mencintai ritual ini dan tentu saja tidak akan meninggalkannya,” ungkapnya.
Ibadah haji sendiri menelusuri kembali perjalanan terakhir Nabi Muhammad, termasuk pelaksanaan ritual di Masjidil Haram dan Gunung Arafah, hingga prosesi melempar jumrah simbol perlawanan terhadap godaan setan di tiga dinding besar di kawasan Jamarat.(Hny)
Tinggalkan Balasan