INDOPOLITIKA.COM – Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Papua pada 2022 di angka 5,2 – 5,7 persen. Hal itu sejalan dengan adanya pembangunan infrastruktur di Papua dan Papua Barat yang masih perlu diperkuat.

“Ekonomi Papua pada 2022 diproyeksikan tumbuh 5,2 – 5,7 persen. Oleh karena itu perlu diambil langkah-langkah solusi isu strategis terkait dengan produktivitas dan pemerataan infrastruktur,” kata Menhub dalam Webinar Transportasi Ujung Tombang Pembangunan Papua, Selasa (27/7/2021).

Menhub mengatakan proyeksi tersebut merupakan bagian dari Renstra Kementerian Perhubungan tahun 2020-2024, dimana pembangunan daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan terluar menjadi agenda prioritas dengan target 7,8 persen pertumbuhan ekonomi di Papua dan penurunan tingkat kemiskinan menjadi 13,7 persen pada 2024, melalui pembangunan rute jembatan udara.

Lanjut Menhub, dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional yang merata dan berkeadilan, maka sesuai dengan arahan Presiden telah diterbitkan Instruksi Presiden nomor 9 tahun 2020 tentang percepatan pembangunan kesejahteraan di Provinsi Papua dan Papua Barat.

“Sesuai dengan arahan presiden telah diterbitkan Inpres nomor 9 tahun 2020 yang mempercepat pembangunan tanah Papua yang mencakup 7 prioritas yaitu kemiskinan, pendidikan, kesehatan UMK, Ketenagakerjaan, pencapaian SDGs dan infrastruktur,” ujarnya.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang merata tergantung pada jalur distribusi yang memadai, ditunjukkan dengan integrasi backbone jaringan jalan yang ada di Papua, dengan simpul-simpul transportasi yang tersedia.

“Dukungan Kementerian Perhubungan dengan memberikan pengembangan subsidi jembatan udara, pengembangan bandara udara, sistem integrasi pelabuhan tol laut, keperintisan darat sungai dan penyeberangan serta pembangunan segmen Trans Papua,” ujarnya.

Namun di samping itu,perekonomian di Papua masih terkendala oleh tingginya harga bahan pokok dan barang lainnya yang disebabkan oleh kondisi geografis Papua yang berupa pegunungan dan perbukitan, yang menjadi tantangan dalam peningkatan konektivitas infrastruktur di wilayah tersebut.

“Konektivitas bergantung pada moda udara untuk distribusi barang dan mobilitas manusia mengakibatkan tingginya harga bahan pokok dan barang lainnya,” katanya.

Demikian untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut, diperlukan peningkatan kapasitas dan konektivitas infrastruktur jalan yang menghubungkan antar simpul transportasi serta pusat-pusat pertumbuhan dan permukiman. [sbm]

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com