INDOPOLITIKAMenteri Kebudayaan, Fadli Zon, menyatakan bahwa upaya penulisan ulang sejarah Indonesia yang sedang disusun akan mencakup revisi terhadap narasi masa penjajahan Belanda.

Salah satu fokus revisi adalah merombak pemahaman umum yang menyebut Indonesia dijajah selama 350 tahun, yang menurutnya tidak sepenuhnya akurat.

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon menjelaskan bahwa dalam rentang waktu yang disebut sebagai masa penjajahan tersebut, banyak wilayah di Indonesia yang justru aktif melakukan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial Belanda.

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon menegaskan bahwa semestinya sejarah bangsa lebih menyoroti semangat perjuangan, bukan hanya masa penjajahan.

“Pandangan bahwa kita dijajah selama 350 tahun itu perlu dikoreksi. Tidak benar jika disebut kita dijajah selama itu. Banyak daerah yang terus melawan, seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, hingga Perang Diponegoro di Jawa,” ujar Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, belum lama ini.

Ia menambahkan bahwa terdapat wilayah yang melakukan perlawanan selama ratusan tahun, sementara sebagian lainnya bertahan puluhan tahun.

“Sejarah kita seharusnya lebih menonjolkan perjuangan melawan penjajah, bukan sekadar narasi tentang penjajahan itu sendiri,” tegasnya.

Fadli juga menekankan pentingnya penulisan ulang sejarah karena masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memahami sejarah bangsanya secara utuh.

Ia menyatakan bahwa sejarah, mulai dari masa prasejarah hingga era modern, harus terus digencarkan sebagai bagian dari identitas nasional.

“Sejarah itu adalah bagian dari jati diri bangsa. Untuk memahami kondisi kita hari ini, kita harus melihat ke masa lalu. Justru yang perlu dipertanyakan adalah, mengapa ada ketakutan terhadap sejarah?” pungkasnya.(Hny)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com