Indopolitika.com – Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar akan berlangsung 17-18 Mei 2014 di gedung Jakarta Convention Center, Senayan. Salah satu agenda penting yang dibahas di ajang ini adalah penentuan langkah politik Partai Golkar menghadapi pemilu presiden 2014.
Hasil putusan Rapimnas ke-6 ini paling ditunggu banyak kalangan. Pasalnya, hasil tersebut akan menjawab misteri kemungkinan yang kerap diperbincangkan insan politik tanah air. Bisa saja satu ketukan palu serta merta mengubah peta politik Pilpres 9 Juli mendatang.
“Ada tiga kemungkinan. Golkar tetap mengusung capres dengan terbentuknya poros baru, atau bergabung dengan poros PDIP, atau merapat ke poros Gerindra,” kata pengamat politik Konsep Indonesia (Konsepindo) Research and Consulting Budiman ketika dihubungi di Jakarta, Jum’at (16/5).
Menurutnya, tiga kemungkinan itu sama-sama memiliki peluang terbuka. Apalagi Ketua Umum Partai Golkar belakangan cukup intens melakukan komunikasi politik dengan petinggi partai lain.
“Modal Golkar 91 kursi. Koalisi dengan Demokrat dan Hanura masih mungkin. Poros PDIP dan poros Gerindra juga sangat berharap Golkar gabung,” ujarnya.
Karena itu, lanjut Budiman, Partai Golkar saat ini memegang peranan strategis dalam menentukan konstelasi politik ke depan. Pilihan politik Partai Golkar mungkin saja memperkuat poros koalisi yang ada, tapi juga dapat melahirkan kejutan baru.
“Kejutannya lahir poros baru sebagai kuda hitam. Tren elektabilitas Ical naik kok. Kita tunggu saja,” tuturnya.
Indikasi poros baru, imbuhnya, terlihat dari manuver politik Partai Demokrat. Ia menilai, partai besutan SBY ini sengaja ‘main sembunyi’ untuk memberi kejutan di detik-detik terakhir.
Namun demikian, kata Budiman, andai poros baru tak terbentuk, Partai Golkar bisa membangun pemerintahan yang kuat dengan bergabung ke poros PDIP atau Gerindra.
“Persentase kursi PDIP, Nasdem dan PKB kalau ditambah Golkar jadi 50 persen lebih. Begitu juga Gerindra, PAN, PPP, dan PKS ditambah Golkar mencapai 52 persen. Ini bisa kuasai kursi DPR,” tandasnya.
Saat ditanya kemungkinan Golkar menjadi partai oposisi, Budiman meragukan hal tersebut. Sebab menurutnya, Golkar tak punya tradisi sebagai oposisi.
“Ya mungkin saja, tapi saya ga yakin,” pungkasnya. (red/Ind)
Tinggalkan Balasan