INDOPOLITIKA – Pemerintah melalui Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengungkapkan bahwa mereka akan membuka peluang untuk meninjau kembali harga eceran tertinggi (HET) beras.

Langkah ini diambil setelah menerima keluhan dari pedagang di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) mengenai margin keuntungan yang minim akibat tingginya harga gabah dan HET beras yang berlaku saat ini.

Arief mengakui bahwa harga gabah yang kini mencapai Rp6.500 per kilogram (kg) menyebabkan pedagang kesulitan memperoleh keuntungan, mengingat HET beras dipatok di angka Rp12.500 per kg.

Ia menjelaskan bahwa harga gabah sebenarnya sangat bervariasi, dan dalam beberapa waktu terakhir harga gabah telah mulai naik melebihi angka Rp6.500. Sebelumnya, harga gabah panen terakhir tercatat sekitar Rp5.300 hingga Rp5.400 per kg.

“Jadi harga gabah itu sebenarnya masih variatif. Kemarin sih kita monitor, sudah mulai di atas Rp6.500. Sebelumnya, panen sebelumnya itu kan ada yang Rp5.300, ada yang Rp5.400,” kata Arief pada Jumat (7/3/2025).

Arief menambahkan bahwa harga beras juga dipengaruhi oleh faktor kualitas, terutama terkait dengan “broken” atau pecahan beras.

Jika persentase broken-nya tinggi, HET Rp12.500 per kg masih dianggap masuk akal, namun ia menyebutkan bahwa diskusi lebih lanjut akan dilakukan untuk mempertimbangkan kondisi pasar yang dinamis.

Pemerintah akan terus mengkaji kemungkinan revisi HET beras untuk menyesuaikan dengan fluktuasi harga gabah dan kondisi pasar yang ada, guna memastikan keseimbangan yang adil bagi pedagang dan konsumen.(Hny)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com