Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Hotel Borobudur, Jakarta, 5 September 2018 (Foto: Marcheilla Ariesta/Medcom.id).

Jakarta: Perang siber saat ini dianggap sebagai tantangan baru bagi perdamaian dunia. Jenis perang yang menggunakan teknologi canggih ini dianggap cukup mengancam perdamaian dunia.
 
Karenanya, untuk mencari solusi mengenai tantangan dari perang siber, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia bekerja sama dengan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) membahas mengenai hal tersebut.
 
"Kerja sama kita dengan ICRC sudah banyak sekali, terutama dalam hal management natural disaster (manajemen bencana). Sekarang kita tahu ada tantangan baru, ada jenis perang berbeda yang sudah menggunakan banyak teknologi dan hal tersebut perlu satu sikap untuk menyelesaikannya," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Jakarta, Rabu, 5 Agustus 2018.
 
Menlu Retno mengatakan segala bentuk konflik hanya akan merugikan manusia. Dia menambahkan manusia selalu menjadi pusat perhatian, terutama bagi politik luar negeri Indonesia.
 
"Oleh karena itu, kita bekerja sama dengan ICRC untuk menyelenggarakan this regional conference yang akan membahas mengenai tantangan-tantangan baru tersebut," tuturnya.
 
Menurut Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kemenlu RI Siswo Pramono menuturkan diskusi ini bersifat meluas. Para peserta diharapkan memberi masukan ke badan-badan terkait.
 
Siswo menambahkan ada lompatan teknologi di setiap peperangan sehingga diskusi ditujukan untuk meminimalisir kerusakan dari teknologi yang semakin canggih.
 
Diharapkan hasil dari diskusi ini dapat menjadi masukan dalam kebijakan negara peserta. Sementara itu, Anggota Dewan ICRC Professor Dr. Juerg Kesselring, mengapresiasi langkah yang diambil Indonesia dalam membuat diskusi tersebut.
 
Menurut dia, Indonesia menjadi salah satu negara yang sangat berkontribusi pada perdamaian dunia. "Saya tidak dapat memikirkan tempat yang lebih baik untuk berdiskusi mengenai masalah ini daripada di sini di jantung Asia, bermitra dengan Indonesia kami mempersiapkan untuk membawa kembali hasil diskusi kepada Dewan Keamanan sebagai suara moderasi pembangunan, yang difokuskan pada solusi pencegahan dan kerja sama," tukasnya.
 
Konferensi ini menghadirkan para perwakilan dari berbagai organisasi internasional, di antaranya North Atlantic Treaty Organization (NATO), ICRC, serta berbagai pusat kajian dan institusi akademik regional.

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com