Indopolitika.com, PARIS — Serangan teror Christchurch mencerminkan kebangkitan Islamofobia dan Xenofobia sebagai ancaman global. Terhadap kekerasan dan kebencian semacam itu, harus dibangun ketahanan dan solidaritas masyarakat dari berbagai latar belakang, dengan mempromosikan dialog antaragama untuk memperkuat nilai toleransi dalam masyarakat dan dengan menyuntikkan budaya damai sejak usia dini, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, komunitas, dan sebagai bangsa.

Demikian diungkapkan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat berbicara pada Christchurch Call to Action yang diselenggarakan oleh Presiden Prancis dan PM Selandia Baru di Elysee Palace, Paris, Rabu, 15 Mei 2019.

Menurut Wapres untuk menangkal hal tersebut pelibatan kaum muda menjadi sangat penting, karena teknologi menjadi media baru yang digunakan oleh teroris.

Sebagai contoh di Indonesia saja sekitar 63 dari 150 juta pengguna internet adalah kaum muda. Sehingga, lanjutnya, mereka sangat rentan terpapar radikalisme dan kekerasan ekstremisme.

“Kita harus memberdayakan anak muda kita untuk melawan tren ini,” tegasnya.

Wapres memberikan contoh bahwa sejak 2015 Indonesia telah menyelenggarakan program Duta Pemuda untuk Perdamaian (Youth Ambassadors for Peace) guna melibatkan kaum muda dalam menyebarkan pesan-pesan damai untuk melawan ide-ide ekstrem dan penuh kebencian dengan menggunakan internet.

“Saat ini kami memiliki lebih dari 780 Duta Pemuda Indonesia untuk Perdamaian,” jelasnya.

Wapres menambahkan bahwa pada April 2019, Indonesia telah memperluas program dengan membawa lebih dari 100 pemuda dari negara-negara Asia Tenggara.

“Pendekatan ini menunjukkan bahwa internet telah menjadi medan pertempuran terbaru, baik dalam melakukan maupun memerangi terorisme,” tegasnya.

Dalam pernyataannya selain menyampaikan untuk memperbaiki tata laksana internet oleh pemerintah melalui peraturan dan penegakan hukum dengan pelibatan peran swasta dalam implementasinya, Wapres juga menyerukan mendorong Kemitraan Publik dan Swasta, melalui berbagai inovasi, seperti penerapan code of conduct, serta mendorong pengawasan, pengaturan dan patroli siber secara mandiri.

“Seluruh industri teknologi informasi memikul tanggung jawab bersama dalam membuat dunia internet lebih aman dan sehat untuk semua,” pungkasnya.

Dalam pertemuan di Istana Elsyee kali ini terdapat 16 perwakilan yang akan memberikan sambutan, baik dari perwakilan pemerintah maupun perusahaan teknologi. Sedangkan Wapres memberikan sambutan pada urutan kelima setelah sambutan Pendiri Wikipedia Foundation.

Seusai memberikan sambutan, Wapres bersama rombongan terbatas segera bertolak kembali ke Jenewa. Jamuan santap malam “Dinner Tech for Good Summit” akan dihadiri oleh Menteri Komunikasi Rudiantara.

Turut mendampingi Wapres dalam pertemuan di antaranya Menteri Komunikasi Rudiantara, yang telah lebih dahulu berada di Paris, Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Kuasa Usaha ad interim (KUAI) Paris Agung Kurniadi, serta Direktur Keamanan Internasional dan Pelucutan Senjata (KIPS) Kementerian Luar Negeri Grata Endah Werdanyngtyas. (Husain Abdullah Jubir Wapres RI)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com