INDOPOLITIKA.COM – Kepala Biro Politik gerakan perlawanan Hamas, Ismail Haniyeh menekankan tekad mereka untuk terus menjadi ‘pedang dan perisai’ pertahanan al-Quds dan Masjid al-Aqsa selama adanya agresi Zionis Israel ke wilayah pendudukan Palestina.

Haniyeh mengatakan, “Perlawanan adalah pilihan strategis kami,” menambahkan bahwa kelompok perlawanan Islam di Gaza tidak akan berdiam diri, sementara rezim melakukan pelanggaran seperti itu terhadap Masjid al-Aqsa.

Dia mengingatkan bagaimana dia sebelumnya menyebut situs suci itu sebagai “garis merah”, dan memperingatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar tidak “bermain api”.

Ia memuji bagaimana pembalasan kelompok tersebut telah memaksa Tel Aviv untuk memberlakukan jam malam di seluruh wilayah pendudukan. Dia juga mencatat bahwa gerakan telah tumbuh begitu besar dalam kekuasaan, meskipun rezim telah memblokir Gaza selama lebih dari 15 tahun.

“Perlawanan tidak akan pernah mundur, dan akan terus berfungsi sebagai pedang dan perisai dalam pertahanan al-Quds dan Masjid al-Aqsa,” kata pemimpin Hamas kepada Al Jazeera, Sabtu (15/5/2021) malam.

“Generasi Palestina saat ini bisa melakukan ini,” tambahnya.

Rezim Israel menduduki wilayah Palestina di Tepi Barat, tempat al-Quds berada, pada tahun 1967. Militer Israel dan pemukim ilegal mengintensifkan pelanggaran rezim terhadap warga Palestina di seluruh al-Quds, termasuk di kompleks Masjid al-Aqsa – situs tersuci ketiga Islam yang terletak di Kota Tua al-Quds di awal bulan puasa Ramadhan.

Militer menyerang ribuan jamaah di kompleks tersebut, dan juga mencoba mengusir warga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah al-Quds.

Warga Palestina mengevakuasi 13 korban tewas dalam serangan udara Israel di Gaza [Mahmoud Hams / AFP]
Gaza, tempat bermarkasnya Hamas, bangkit sebagai protes setelah itu. Sejak Senin, militer Israel telah mengambil bagian pesisir itu dengan serangan yang tak henti-hentinya, sangat mematikan, dan tidak pandang bulu.

Puluhan warga Palestina tewas dalam serangan barbar Israel yang menargetkan Tepi Barat, sementara serangan di Gaza telah menyebabkan 139 orang lainnya mati syahid, termasuk 39 anak-anak dan 22 wanita.

Dunia Internasional Kecam Israel

Banyak pemimpin dunia dan badan internasional telah merilis pernyataan yang mengutuk Israel sejak rezim memulai kekejamannya di seluruh wilayah Palestina.

Baru-baru ini, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres menyebut serangan terhadap Menara Jala jelas melanggar hukum internasional.

Dia juga mengungkapkan kekhawatirannya atas serangan Israel baru-baru ini yang menewaskan 10 anggota keluarga, termasuk delapan anak, di sebuah kamp pengungsi di daerah kantong.

Sekretaris Jenderal kecewa dengan meningkatnya jumlah korban sipil, termasuk kematian 10 anggota keluarga yang sama, termasuk anak-anak, akibat serangan udara Israel tadi malam di kamp al-Shati di Gaza, yang konon ditujukan pada seorang pemimpin Hamas,” kata juru bicaranya, Stephane Dujarric. [ind]

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com