Veri menyatakan, pentingnya memperkuat partai politik seiring dengan gejala deparpolisasi yang belakangan makin menguat. Pemilih yang mengidentifikasi diri dengan partai (party ID) jauh lebih sedikit ketimbang yang melihat figur.

Politik – Pemilu presiden (pilpres) 9 Juli mendatang diharapkan tidak hanya menjadi ajang pertarungan antar figur. Lebih dari itu, sistem kelembagaan partai sebisa mungkin bekerja maksimal untuk memperkuat tatanan demokrasi.

Hal itu sebagaimana disampaikan Pendiri Lembaga Survei Konsep Indonesia (Konsepindo) Veri Muhlis Ariefuzzaman di Jakarta, Rabu (23/04). Menurutnya, ketergantungan pada figur yang terlalu dominan dapat melemahkan keberadaan partai politik.

ā€œDalam demokrasi yang terlembaga, gejala itu kurang sehat. Bahkan bisa merusak kualitas dan tatanan demokrasi,ā€ katanya.

Veri menyatakan, pentingnya memperkuat partai politik seiring dengan gejala deparpolisasi yang belakangan makin menguat. Pemilih yang mengidentifikasi diri dengan partai (party ID) jauh lebih sedikit ketimbang yang melihat figur.

ā€œHanya sekitar 20 persen. Sisanya melihat figur dan iklan politik,ā€ ujarnya.

Oleh karena itu, untuk pilpres 2014, ia menyarakan agar partai politik lebih mengoptimalkan mesin partai. Hal ini, salah satunya, bisa dilakukan mulai dari penentuan arah koalisi sampai pembuatan iklan politik.

ā€œMisalnya, koalisi lebih didasarkan pada kesamaan platform partai. Komunikasi politik yang dibangun juga begitu, pemberitaan di media termasuk iklan politik,ā€ jelas Veri.

Sejauh ini, lanjut Veri, upaya memperkuat partai politik di pemilu sebenarnya sudah dilakukan oleh sebagian partai. Hanya saja, hal itu belum diikuti partai lain sehingga belum menunjukkan perubahan siginifikan.

ā€œGolkar misalnya, membuat visi negara kesejahteraan yang terus dikampanyekan. Ini bisa memperkuat party ID,ā€ tandasnya. (in/pol)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com