Masyarakat Banten yang relijius sangat memimpikan pemimpin yang memiliki latar belakang ulama. Menurut sejarahnya, Kesultanan Banten didirikan oleh Maulana Hasanuddin Putera Sunan Gunung Jati. Keduanya adalah ulama dan pendakwah berpengaruh. Kegigihan Maulana Hasanudin dalam menyebarkan agama Islam, semangatnya masih dirasakan sampaikan sekarang. Meskipun ahli agama, namun pemahamannya tentang politik dan kekuasaan tidak dapat diragukan lagi. Dari situlah awal mula Banten mengalami era kejayaan.

Sejarah lain soal kegigihan ulama di medan politik dan perjuangan kekuasaan adalah cerita mengenai Ki Wasyid bersama tokoh-tokoh Banten yang memberontak terhadap Belanda pada tahun 1887. Kebencian terhadap penjajah Belanda inilah yang membuat tokoh ulama dan tokoh masyarakat menyatu untuk memberontak. Perpaduan antara masyarakat dengan kalangan kiyai-santri membuat pergerakan mereka menjadi tidak ada batasnya, bahkan sulit dipadamkan. Karena itulah saat ulama asal Banten ditunjuk menjadi calon orang nomor dua di negara ini, banyak santri yang menyambut gembira.

Salah satunya adalah Akhyar, santri generasi milenial dari sebuah pesantren modern di kawasan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).

“Tidak ada yang meragukan keulamaan Kiyai Ma’ruf Amin. Saya yakin para santri yang punya hak pilih pastinya akan memilih beliau. Masa iya ada santri tidak mendukung ulama memimpin negara ini,” ujarnya saat ditemui media ini seusai menggelar pertemuan para santri dalam rangka peringatan Hari Santri, di Banten, Sabtu, (13/10).

Santri yang sekaligus pemilih pemula ini menyampaikan ia dan kawan santrinya menyambut gembira dengan dipilihnya Kiyai Ma’ruf sebagai cawapres. Baginya jelas sudah pilihan bagi para santri se-Indonesia. Tentunya mereka akan memilih ulama. (ind)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com