Di Indonesia, santri memiliki peran yang strategis dan unik dalam kancah politik. Sebagai komunitas yang berakar pada pendidikan pesantren dan nilai-nilai keagamaan Islam, santri telah menjadi aktor penting dalam kehidupan sosial, politik, dan budaya di Indonesia.
Penulis: Kyai Adrian Mafatih Karim
Pengasuh Pondok Pesantren Daar El Qolam dan La Tansa
INDOPOLITIKA – Peran politik strategis santri tidak hanya terlihat pada masa pergerakan kemerdekaan, tetapi juga terus berkembang hingga era modern, di mana santri menjadi elemen penting dalam pembangunan nasional dan demokrasi.
1. Santri dan Warisan Politik Kebangsaan
Sejak masa perjuangan kemerdekaan, santri telah terlibat aktif dalam politik kebangsaan. Para kiai dan santri, dengan basis pendidikan di pesantren, ikut serta dalam pergerakan untuk melawan penjajahan dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Organisasi seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, yang dipimpin oleh tokoh-tokoh berjiwa santri, berkontribusi besar dalam membentuk identitas politik nasional yang berbasis pada nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan.
Perjuangan politik santri pada masa itu tidak hanya berfokus pada kemerdekaan fisik, tetapi juga pada pembangunan tatanan sosial yang adil dan beradab. Nilai-nilai Islam yang mereka bawa, seperti keadilan, kemaslahatan, dan musyawarah, menjadi landasan penting dalam wacana politik yang berkembang di Indonesia pasca kemerdekaan.
2. Politik Nilai: Integrasi Agama dan Kebangsaan
Salah satu kekuatan politik santri adalah kemampuannya untuk memadukan nilai-nilai keagamaan dengan semangat kebangsaan. Di tengah dinamika politik yang sering kali terjebak dalam kepentingan pragmatis, santri mampu menghadirkan perspektif politik yang berlandaskan moral dan etika Islam.
Dalam pandangan santri, politik bukan sekadar perebutan kekuasaan, tetapi sebuah usaha untuk mewujudkan nilai-nilai kebaikan dan keadilan dalam masyarakat.
Integrasi antara nilai agama dan kebangsaan ini menjadikan politik santri memiliki daya tarik tersendiri. Mereka bisa bergerak dengan fleksibel di antara berbagai kelompok politik, membawa pesan inklusivitas dan moderasi.
Dengan pendekatan ini, santri mampu menjembatani berbagai kepentingan dan meredakan polarisasi politik yang sering terjadi, terutama dalam isu-isu keagamaan yang sensitif.
3. Santri sebagai Agen Moderasi
Dalam konteks politik Indonesia yang plural dan sering kali mengalami polarisasi, santri memainkan peran penting sebagai agen moderasi. Pendidikan pesantren yang mengajarkan tasamuh (toleransi), tawazun (keseimbangan), dan i’tidal (keseimbangan) mendorong santri untuk menjadi juru damai di tengah konflik politik.
Mereka mampu menawarkan jalan tengah dalam perdebatan yang keras antara kelompok-kelompok politik, serta menyuarakan perdamaian dan kerukunan antar golongan.
Moderasi ini juga tercermin dalam kebijakan politik santri, yang cenderung mendukung kebijakan-kebijakan yang inklusif, menjaga persatuan nasional, serta menghormati keragaman agama dan budaya. Hal ini menjadikan mereka sebagai aktor politik yang penting dalam menjaga stabilitas demokrasi Indonesia.
4. Kebangkitan Santri di Kancah Politik Nasional
Seiring dengan perubahan politik di Indonesia, santri telah berkembang dari komunitas yang dulu mungkin hanya dianggap sebagai “kelas tradisional” menjadi aktor politik yang strategis dan modern. Kehadiran tokoh-tokoh santri dalam jabatan pemerintahan, legislatif, dan politik nasional semakin menegaskan bahwa santri tidak hanya berperan dalam urusan keagamaan, tetapi juga dalam pengambilan keputusan politik.
Sosok-sosok seperti Gus Dur (Abdurrahman Wahid), yang merupakan santri sekaligus Presiden Indonesia, menjadi bukti bahwa santri mampu menduduki posisi penting dalam politik nasional. Gus Dur membawa nilai-nilai pesantren ke dalam kebijakan kenegaraan, memperjuangkan pluralisme, demokrasi, dan hak asasi manusia.
Selain Gus Dur, banyak politisi muda dari kalangan santri yang kini aktif di partai politik, birokrasi, dan organisasi masyarakat sipil. Mereka membawa suara kaum santri dan pesantren ke dalam forum-forum politik nasional, dengan tetap memegang teguh prinsip-prinsip moral yang diajarkan oleh para kiai dan ulama.
5. Tantangan Politik Santri di Era Modern
Meski santri memiliki posisi strategis dalam politik, mereka juga menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah bagaimana mempertahankan nilai-nilai idealisme pesantren di tengah politik praktis yang sering kali penuh dengan kompromi dan kepentingan jangka pendek.
Tantangan lainnya adalah menghadapi globalisasi dan perkembangan teknologi, yang mengubah cara pandang masyarakat terhadap politik dan agama.
Untuk tetap relevan, santri perlu terus beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan identitas mereka sebagai penjaga moral dan tradisi Islam. Pendidikan pesantren harus mampu menghasilkan kader-kader santri yang tidak hanya ahli dalam ilmu agama, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang politik, ekonomi, dan teknologi modern.
6. Masa Depan Politik Santri
Masa depan politik santri sangat menjanjikan. Dengan populasi yang besar dan dukungan kuat dari komunitas pesantren, santri memiliki potensi untuk menjadi kekuatan politik yang lebih dominan di masa depan. Kuncinya adalah menjaga keseimbangan antara menjaga tradisi dan berinovasi dalam menjawab tantangan-tantangan baru.
Santri harus terus mengembangkan jaringan politik yang kuat, baik di tingkat lokal maupun nasional, serta berkolaborasi dengan berbagai elemen masyarakat untuk memperjuangkan kebijakan-kebijakan yang pro-rakyat dan berlandaskan nilai-nilai keadilan sosial. Dengan demikian, santri dapat terus memainkan peran strategis dalam membangun Indonesia yang lebih adil, makmur, dan berkeadilan.
Penutup
Santri memiliki posisi yang unik dan strategis dalam politik Indonesia. Dengan warisan intelektual dan moral yang kuat dari pesantren, santri mampu menghadirkan perspektif politik yang berbeda—yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, moderasi, dan kebangsaan.
Tantangan zaman menuntut santri untuk terus beradaptasi dan berinovasi, namun dengan tetap menjaga jati diri mereka sebagai penjaga moralitas dan agen perdamaian dalam masyarakat. Masa depan politik santri adalah masa depan yang cerah, di mana mereka bisa terus berkontribusi bagi pembangunan bangsa dan negara.
Santri merupakan komunitas penopang, pembaharu, benteng nilai-nilai kebangsaan yang berdaulat, adil, dan makmur tanpa harus terperosok dalam lumpur kerakusan kekuasaan. [***]
Tinggalkan Balasan