Indopolitika.com – Pengamat politik dari Jaringan Politik (JARPOL) Indonsia, Adrian Hermanto, menilai Prabowo Subianto sebagai sosok yang inkonsisten dalam tatanan nilai.
Pemilih yang tak cermat, kata Adrian, niscaya mudah terkelabui oleh Prabowo. “Di satu waktu mengaku sebagai pengemban misi Soekarno. Di waktu yang lain, memuja keberhasilan Soeharto,” kata Adrian, Minggu, (18/5/2014).
Adrian menilai ada perbedaan yang sangat prinsip antara Soekarno dan Soeharto, “Soeharto adalah sosok yang membuka pintu bagi penguasaan asing di Indonesia. Sementara, Soekarno adalah figur yang menolak dominasi asing”, tegas Adrian.
Kalau Prabowo mengaku kedua-duanya, lanjut Adrian, kemungkinannya hanya dua.“Prabowo sedang menipu atau tak paham,” katanya.
Sementara itu, aktivis Gerakan Sosial dan Politik Rakyat, Yudi Kristanto, mengatakan bahwa gagasan politik Prabowo yang tertuang dalam manifestasi politik Gerindra sebenarnya lebih mendekati praktik ekonomi-politik ala Soeharto, “Di zaman Orba, jargonnya juga ekonomi kerakyatan. Praktiknya sih tetap kapitalisme negara dan kemudian bergeser menjadi kapitalisme kroni,” kata Yudi.
Yudi menambahkan, masyarakat jangan terkecoh dan tertipu oleh jargon dan propaganda yang mengatasnamakan perjuangan rakyat. Baik yang membangun sentimen pro Soekarno maupun Pro Soeharto, “Jargon Pro Soekarno maupun Pro Soeharto hanya dijadikan alat kampanye saja,” tegas Yudi.
Tinggalkan Balasan