Presiden Iran Hassan Rouhani berbicara dalam KTT Perdamaian Nelson Mandela di PBB, New York, AS, 24 September 2018. (Foto: AFP/DON EMMERT)

New York: Iran dan Amerika Serikat (AS) kembali berseteru. Presiden Iran Hassan Rouhani menegaskan tidak akan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump, padahal keduanya sama-sama menghadiri Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

"Tidak ada jadwal untuk pertemuan," kata Rouhani, seperti dilansir dari laman USA Today, Selasa 25 September 2018.

Rouhani menuding AS tidak memiliki itikad baik terhadap negaranya. Dia menganggap pemerintahan Trump sengaja meningkatkan ketegangan antara kedua negara yang sempat mereda pada akhir jabatan mantan Presiden Barack Obama.

Ia menduga Trump akan menggunakan kesempatam pidato di PBB untuk menyuarakan kembali sikap keras terhadap Iran. Rouhani meyakini Trump akan mencoba membujuk para sekutunya untuk menghukum Iran atas program misil balistik dan tuduhan mendukung terorisme. 

Ketegangan terbaru antara AS dan Iran dimulai usai Trump menarik diri dari perjanjian nuklir 2015.

Sejak menarik diri, AS menerapkan kembali sanksi ekonomi kepada Iran yang sebelumnya telah dicabut sebagai bagian dari perjanjian nuklir. Washington bahkan berencana memberikan hukuman tambahan yang lebih berat dan akan berlaku pada November mendatang.

Kepada kantor berita NBC, Rouhani menegaskan sebelum dirinya dapat berdiskusi dengan Trump, Washington perlu terlebih dahulu memperbaiki keretakan hubungan dengan Iran.

"Tentu saja, jika seseorang ingin mengadakan pertemuan dan dialog, maka dia tidak akan menggunakan sanksi dan ancaman," kata Rouhani. 

"Mereka (AS) tidak memiliki tekad untuk menyelesaikan masalah ini," imbuh dia.

Terkait sanksi, Rouhani mengklaim negaranya masih dapat bertahan meski krisis ekonomi semakin memburuk. Para ahli meyakini sanksi selanjutnya dari AS dapat melumpuhkan perekonomian Iran.

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com