INDOPOLITIKAPresiden Prabowo Subianto menegaskan komitmennya untuk menanggung penuh tanggung jawab atas masalah utang proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh.

Presiden Prabowo Subianto meminta masyarakat tidak perlu khawatir terhadap isu utang maupun keuangan proyek strategis nasional tersebut.

“Tidak usah khawatir, apa itu ribut-ribut Whoosh. Saya sudah pelajari masalahnya. Tidak ada masalah, saya tanggung jawab nanti Whoosh semuanya,” ujar Prabowo saat meresmikan Stasiun Tanah Abang Baru, Jakarta Pusat, Selasa (4/11/2025).

Prabowo juga menenangkan pihak PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero, selaku salah satu pemegang saham utama proyek Whoosh, agar tidak cemas dengan beban utang yang masih tersisa.

“Saya hitung tidak ada masalah. Jadi PT KAI enggak usah khawatir, semuanya enggak usah khawatir, rakyat juga tidak usah khawatir. Kita layani rakyat kita, kita berjuang untuk rakyat kita,” tegasnya.

Presiden menambahkan, tanggung jawab terhadap proyek infrastruktur berskala besar seperti Whoosh merupakan bagian dari kewajiban pemerintah pusat.

“Teknologi dan sarana itu tanggung jawab bersama, dan ujungnya tanggung jawab presiden Indonesia. Jadi sekarang saya tanggung jawab Whoosh,” ujar Prabowo dengan penuh keyakinan.

Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang mulai digarap sejak tahun 2016 dan diresmikan operasionalnya pada Oktober 2023.

Nilai total investasi proyek mencapai USD7,27 miliar atau sekitar Rp118,37 triliun (kurs Rp16.283 per USD), termasuk pembengkakan biaya (cost overrun) senilai USD1,2 miliar. Sekitar 75% pendanaan proyek ini berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB).

Proyek ini dikerjakan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), sebuah konsorsium yang terdiri dari PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebagai pemegang saham 60%, serta China Railway International Co. Ltd bersama empat perusahaan asal Tiongkok lainnya yang memegang 40%.

Dalam PSBI, PT KAI memegang saham mayoritas sebesar 58,5%, diikuti oleh PT Wijaya Karya (WIKA) 33,4%, PT Jasa Marga (JSMR) 7,1%, dan PT Perkebunan Nusantara VIII sebesar 1,03%.

Meski telah beroperasi, proyek Whoosh masih menanggung beban keuangan cukup besar. PSBI mencatat kerugian sebesar Rp4,2 triliun pada 2024, dan per semester I-2025, kerugian itu tercatat Rp1,63 triliun. Dari jumlah tersebut, kontribusi rugi bersih ke PT KAI mencapai Rp951,5 miliar per Juni 2025.

Selain utang pokok, proyek ini juga harus membayar bunga pinjaman tahunan sebesar USD120,9 juta atau hampir Rp2 triliun. Nilai tersebut berasal dari bunga 2% untuk utang pokok senilai USD6,02 miliar, serta 3,4% untuk pembengkakan biaya proyek. (Nul)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com