INDOPOLITIKA.COM – Rusia dan Cina telah mencegah pengesahan resolusi Dewan Keamanan PBB (DK PBB) yang dirancang oleh Amerika Serikat (AS) yang menyatakan bahwa Israel, yang telah menewaskan lebih dari 6.500 orang sebagai bagian dari perang yang sedang berlangsung di Gaza, telah bertindak untuk “membela diri”.
Rancangan tersebut diajukan ke pemungutan suara pada hari Rabu. Uni Emirat Arab juga memberikan suara tidak, sementara 10 anggota memberikan suara setuju dan Brasil dan Mozambik abstain.
Israel melancarkan perang dahsyat pada 7 Oktober setelah kelompok-kelompok perlawanan Palestina yang berbasis di Jalur Gaza melancarkan Operasi Badai al-Aqsa, sebuah serangan mendadak ke wilayah-wilayah yang diduduki, sebagai tanggapan atas kejahatan rezim Israel yang semakin meningkat terhadap rakyat Palestina. Perang tersebut telah menewaskan 6.546 warga Palestina, termasuk 2.704 anak-anak, menurut kementerian kesehatan Palestina.
Dewan kemudian melakukan pemungutan suara atas resolusi yang dirancang Rusia yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan dan mendesak Tel Aviv untuk segera membatalkan perintahnya kepada warga sipil Palestina untuk menuju ke Gaza selatan.
Hanya Rusia, Cina, UEA, dan Gabon yang memberikan suara mendukung rancangan tersebut, sementara sembilan anggota abstain dan Amerika Serikat dan Inggris memberikan suara tidak.
Sebuah resolusi membutuhkan setidaknya sembilan suara dan tidak ada veto dari Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Rusia, atau Cina untuk diadopsi.
Juga pada hari Rabu, juru bicara kementerian luar negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan bahwa kematian ribuan anak-anak di Jalur Gaza tidak cukup untuk membuat Barat mendukung resolusi yang menuntut gencatan senjata di wilayah pantai yang terkepung itu.
“Ini adalah hal yang paling jelas dan sederhana untuk dilakukan dalam situasi ini: Cukup untuk menghasilkan sebuah pernyataan, resolusi, dokumen dengan seruan terpadu untuk gencatan senjata, menyelesaikan situasi dan sebagainya,” katanya dalam sebuah wawancara dengan Radio Sputnik.
“Bahkan angka-angka ini (jumlah korban jiwa di antara anak-anak Palestina) tidak dapat memaksa kekuatan politik tertentu di Barat untuk sadar dan menyadari apa yang sedang terjadi,” sesal Zakharova. [Red]
Tinggalkan Balasan