Indopolitika.com – Pandangan sebagian pihak, terutama pendukung Prabowo-Hatta, yang mempersoalkan kenapa isu HAM 1998 baru diangkat sekarang mendapat tanggapan dari banyak kalangan. Isu itu dianggap bukan isu baru dan tidak bisa dikategorikan kampanye hitam.
Aktivis Pusat Kajian Hukum dan HAM Nusantara (PUSKAMRA) Hilal Ramadhan mengatakan, isu HAM 1998 sebenarnya sempat megemuka pada pemilu presiden 2009. Hanya saja saat itu gagal booming karena dikalahkan oleh isu lain seperti neoliberalisme dan anti-neoliberal. “Isu ini yang dominan. Misalnya, SBY-Boediono disebut agen neolib. Ada juga isu sepert istri Budiono yang disebut Kristen,” katanya dalam sebuah diskusi di Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Jum’at (13/6).
Isu tersebut, ujarnya, lebih mengarah kepada SBY. Sehingga, dalam catatannya, kubu SBY mencoba membalas dengan melemparkan isu HAM ke publik namun gagal. “Ya kita paham, saat itu SBY incumbent, jadi paling banyak dapat serangan,” terangnya.
Dengan demikian, kata Hilal, redupnya isu pelanggaran HAM pada pemilu 2009 bukan berarti publik menganggap isu itu sudah selesai. Selama pelanggaran HAM di masa lalu belum tuntas, imbuhnya, selama itu pula publik akan mengingatnya. “Ini soal momentum saja. Tahun 2009 momentumnya lebih pas soal neolib. Wacana itu sedang hangat-hangatnya. Sekarang sudah kurang pas lagi. Menariknya ya isu HAM,” urainya.
Ia memastikan, siapa pun yang bicara soal HAM tak bisa dinilai buruk meski sarat dengan muatan politis. “Siapa pun, di mana pun, kapan pun, dan dengan motif apa pun, bicara HAM sangat penting. Prabowo ngaku sebagai pembela HAM silakan saja, boleh dan penting. Tapi jangan marah jika ada yang mengusut dirinya mengenai pelanggaran HAM,” tandas Hilal. (Ind)
Tinggalkan Balasan