Indopolitika.com – Capres Jokowi dinilai hanya melakukan pencitraan terhadap korban lumpur Lapindo Sidoarjo. Padahal, Jokowi juga tidak bisa menanggulangi semburan itu.
Pengamat politik Jarinusa Research and Consulting, Deni Lesmana, mengatakan model pencitraan ini sama sekali tidak menguntungkan bagi warga.
“Mereka hanya mendengar janji politik yang belum tentu terlaksana,” jelasnya, di Jakarta, Jumat (30/5/2014).
Terbukti, kata dia, dalam pertemuan itu, Jokowi menjanjikan jaminan bagi warga miskin untuk akses kesehatan, pendidikan, perumahan, jaminan pekerjaan, serta penyelesaian kasus lumpur Lapindo.
Pakar geodinamika Universitas Bonn, Jerman, Stephen Miller, menegaskan lumpur yang terjadi delapan tahun silam adalah murni bencana alam.
Ia menjelaskan, lumpur yang menyembur ke permukaan itu disebabkan gempa berkekuatan 6.3 skala richter yang terjadi di Yogyakarta.
“Lumpur ini penyebabnya alamiah, bukan karena faktor manusia di Lapindo Brantas. Baca saja studinya di jurnal Nature, jurnal ilmiah terkemuka di dunia,” katanya
Jurnal tersebut dapat diakses di alamat http://www.nature.com/news/indonesia-s-mud-disaster-probably-had-natural-causes-1.13421.
Menurutnya, meskipun jarak Sidoarjo dan Yogyakarta mencapai 250 kilometer, bentuk dan struktur batuan di Sidoarjo memiliki karakteristik seperti lensa.
Model ini mengamplifikasi dan memfokuskan gelombang seismik dari tempat gempa. Gejolak energi kemudian mencairkan sumber lumpur dan menumpahkannya ke dalam patahan yang terkoneksi dengan sistem hydrothermal.
Penelitian yang dilakukan tahun 2013, menyudahi kontroversi seputar penyebab lumpur muncul.
Minimal, sampai saat ini belum ada yang mampu membantah hasil penelitian itu dari kalangan ilmuwan. (Ind/inl)