Wilayah di Provinsi Idlib, Suriah yang diserang oleh jet tempur Suriah (Foto: AFP).

Idlib: Pesawat-pesawat Rusia dilaporkan mengebom sasaran yang dikuasai pemberontak di Provinsi Idlib di Suriah. Di saat bersamaan, pasukan pemerintah menghadapi serangan yang diperkirakan terjadi.
 
Jika dikonfirmasi, itu akan menjadi serangan udara pertama di sana dalam tiga pekan.
 
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menentang Presiden Bashar al-Assad dari Suriah untuk meluncurkan 'serangan nekat' di Idlib.
 
Namun juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menolak peringatan itu dan mengatakan tentara Suriah 'bersiap-siap' untuk membersihkan 'pendudukan terorisme' di sana.
 
Kantor Berita pro-oposisi Step News Agency melaporkan serangan Rusia di desa-desa Inab, al-Janudiya, Tal Aawar, Sririf, Jadraya, dan al-Bariya.
 
Dilansir dari BBC, Rabu 5 September 2018, sebuah gerai berita yang berafiliasi dengan aliansi militan Al Qaeda, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), memposting foto-foto yang menunjukkan gumpalan asap membubung dari beberapa desa.
 
Pertahanan Sipil Suriah, yang umumnya dikenal sebagai White Helmets, melaporkan bahwa tiga warga sipil tewas dalam serangan di Jisr al-Shughour.
 
Kelompok pemantau Syrian Observatory mengatakan serangan udara Rusia adalah yang pertama selama 22 hari dan telah dilancarkan beberapa jam setelah tiga pejuang pro-pemerintah tewas oleh tembakan roket pemberontak di wilayah Jabal Turkmen di Latakia.
 
Tentara serdadu Suriah dan milisi sekutu sudah bersiaga untuk meluncurkan serangan bertahap terhadap Idlib, kubu terakhir pemberontak yang tersisa.
 
HTS, yang ditunjuk PBB sebagai organisasi teroris dan diperkirakan memiliki 10.000 pejuang di Idlib, dan faksi-faksi pemberontak seteru yang didukung oleh negara tetangga Turki mengatakan, mereka akan melawan.
 
PBB menyebutkan Idlib adalah hunian bagi sekitar 2,9 juta orang, termasuk satu juta anak-anak. Lebih dari separuh penduduk sipil telah mengungsi setidaknya sekali dari tempat lain di Suriah dan tidak punya tempat lagi untuk pergi.
 
Para pejabat PBB mengatakan sebanyak 800.000 orang dapat mengungsi dan bahwa jumlah orang yang membutuhkan bantuan meningkat secara dramatis.

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com