Indopolitika.com – Peneliti Senior dan Direktur Program Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Sirajudin Abbas mengatakan efek cawapres ikut menentukan perolehan suara pada Pilpres. Dari survei SMRC elektabilitas jika Jokowi dipasangkan dengan Jusuf Kalla suara terus jeblok.

“Iya, dalam lima bulan terakhir menurun trennya cenderung menurun,” kata Sirojudddin Abbas di Jakarta.

Elektabilitas Jokowi mengalami fluktuasi cukup signifikan. Pada Desember 2013, elektabilitas Jokowi sebesar 51 persen. Namun dua bulan berikutnya, Februari 2014, elektabilitas Jokowi menurun di angka 39 persen. Pada Maret 2014 kembali naik menjadi 52 persen, dan terakhir pasca pileg 9 April elektabilitas Jokowi 47 persen.

Apa yang harus dilakukan Jokowi? Menurut Sirojuddin Jokowi harus memilih wakil yang tepat. Melihat beberapa nama pasangan Jokowi-JK tak memberikan harapan yang baik.  Dari survei SMRC nama JK yang selama ini digembar-gemborkan angkat Jokowi malah faktanya terus melemah.

Sedangkan menurut pengamat politik dari Konsep Indonesia (Konsepindo) Very Muhlis Ariefuzzaman untuk memperbaiki elektabilitas Jokowi menghadapi Pilpres tak ada pilihan lain mencari alternatif di luar partai di selain JK. Hasil survei SMRC membuktikan sosok JK tak tepat dampingi Jokowi.

Saat ini beberapa nama menjadi kandidat kuat pendamping Jokowi. Ada nama Mahfud MD, Abraham Shamad dan Ryamimizard Ryacudu. Menurut Very nama-nama ini dinilai akan menggerek elektabilitas Jokowi, “Berdasarkan survei, nama Mahfud dan Abraham Samad bisa jadi pilihannya,” kata Very. (ind/red)

Cek berita dan artikel menarik lainnya di Google News Indopolitika.com