Indopolitika.com – Beredarnya surat pemecatan Prabowo Subianto dari Dewan Kehormatan Perwira (DKP) atas kasus penculikan aktivis di tahun 1998 lalu mempengaruhi elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta. Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan isu ini cukup mempengaruhi persepsi publik terhadap pasangan nomor urut 1 ini.
Dari hasil survei LSI didapatkan sebesar 51,50% percaya Prabowo terlibat kasus penculikan aktivis, sedangkan 37,60% publik tak percaya dan ada 11 yang tak tahu menahunatas isu tersebut. “Adanya isu tersebut ikut mempengaruhi persepsi publik terhadap Prabowo-Hatta. Isu ini juga akan punya pengaruh besar terhadap elektabilitas prabowo 24 hari mendatang,” ujar peneliti LSI, Adjie Alfaraby di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Minggu (15/6).
Isu beredarnya surat pemecatan tersebut juga dianggap kredibel oleh publik karena berasal dari purnawirawan yang menjadi saksi atau terlibat dalam sidang DKP tersebut. Selain itu media massa yang ikut menyebarluaskan isu tersebut membuat masyarakat punya persepsi sendiri tentang kebenaran isu pemecatan itu.
“Terlepas dari benar atau tidaknya surat tersebut, tapi dari testimoni Agum Gumelar dan Fahrul Rozi yang memposisikan diri sebagai ‘juru bicara’ dalam kasus penculikan aktifis ini membuat publik percaya bahwa Prabowo terlibat,” tambahnya.
Namun dari hasil survei LSI juga menunjukkan hanya 32,8% pemilih yang mendengar kasus yang terjadi tahun 1998 lalu itu. Namun bila angka tersebut makin tinggi maka akan menjadi tanda bahaya bagi elektabilitas Prabowo.
“Namun hanya minoritas publik tahu tentang kasus itu, angkanya hanya 32,8 persen. Tapi jika yangbmendengar itu makin luas lagi menjadi katakanlah 50 persen, 70 persen apalagi 90 persen, itu akan menjadi lonceng kematian bagi elektabilitas Prabowo,” jelasnya.
Elektabilitas Prabowo belakangan ini makin meningkat. Hasil survei LSI terhadap elektabilitas Capres-cawapres 24 hari jelang pilpres diketahui elektabilitas pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa makin melonjak dan elektabikitas Joko Widodo-Jusuf Kalla makin merosot meskipun Jokowi-JK masih unggul.
Hasilnya, elektabilitas Prabowo-Hatta pada awal Juni ini berada di angka 38,7 persen, sedangkan Jokowi-JK elektabikitasnya di angka 45,0 persen. Artinya selisih elektabilitas keduanya hanya tinggal 6,3 persen.
Survei ini dilakukan pada 1-9 Juni 2014 dengan metode multistage random sampling dari 2.400 orang responden dan dengan margin error kurang lebih 2 persen. (*/gat/ind)