Tabloid Obor Rakyat Rusak Demokrasi

Gambar Gravatar

Indopolitika.com Tabloid Obor Rakyat yang berisi kampanye hitam untuk pasangan Jokowi-JK masif disebar ke pelbagai pelosok pesantren. Selain karena berisikan tentang SARA, ditengarai majalah tersebut sengaja dibidikkan ke pondok pesantren dengan tujuan mengajak “perang” melawan Jokowi-JK.

Pengamat politik Islam, Lembaga Kajian dan Studi Islam Nusantara, Muhammad Ridwan Ansori mengatakan, penggunaan istilah “perang” bukan hal baru bagi lawan politik Jokowi-JK. Beberapa waktu lalu, ujarnya, Amin Rais pernah membuat analogi “perang Badar” untuk membakar semangat pasukan Prabowo-Hatta, menghadapi pasukan Jokowi-JK. “Mungkin dengan membuat Jokowi keturunan China, berada di lingkaran orang-orang Kristen, para kiai dan santri diharapkan benci dan perang lawan Jokowi,” katanya ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (12/6).

Menurutnya, fenomena penyebaran Obor Rakyat bisa dikatakan sebagai bentuk nyata pernyataan Amin Rais. Meski ia meyakini Amin Rais tak terlibat dalam pembuatan atau penyebaran majalah itu, tetapi secara simbolik ada hubungan. “Disengaja atau tidak oleh Pak Amin, kita bisa saja menafsirkan begitu. Bahwa seolah-olah Obor Rakyat menguatkan pernyataan beliau,” urainya.

Selain itu, lanjut Ridwan, diketahui bahwa pesantren yang jadi sasaran merupakan pesantren yang berbasis NU. Fenomena ini, ucapnya, secara tidak langsung bersinggungan dengan pernyataan Amin Rais yang menyebut PKB sudah keluar dari khittah NU karena mendukung Jokowi-JK. “PKB dinilai keluar dari khittah NU. Artinya, kalau merasa NU ya dukung Prabowo-Hatta, lawan Jokowi-JK. Majalah itu sebagai penguatnya,”  tegasnya.

Namun demikian, terlepas dari maksud dan tujuan  majalah itu serta siapa saja dalang di belakangnya, ia mengaku sangat prihatin. Pasalnya, isi majalah itu dinilai sama sekali tidak mendidik dan hanya merusak kualitas demokrasi. “Ya kita sendiri yang rugi,” pungkasnya.

Disisi lain, Tokoh masyarakat sekaligus ketua Forum Komunikasi Pesantren Tradisonal, KH. Muh. Sohibul Anam mengingatkan kepada tim dan kandidat Capres dan Cawapres Pemilu 2014 untuk tidak melakukan black campaign. Dikarenakan sangat mudah untuk mengidentifikasi siapa pelaku serta motif gerakannya. “Pemilu 2014 ini hanya diikuti oleh dua pasang calon, sehingga kalau ada black campaign untuk calon A maka dapat dipastikan itu dilakukan oleh tim calon B. Jadi stop black campaign untuk kemaslahatan kita semua”, pintanya. (Ind)

Bagikan:

Ikuti berita menarik Indopolitika.com di Google News


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *