INDOPOLITIKA.COM – Jika ingin menghabiskan malam pergantian tahun baru di Puncak, Bogor, Jawa Barat, lebih baik berfikir dua kali. Sebab, menurut BMKG, wilayah Puncak akan mengalami cuaca buruk disertai hujan lebat, angin kencang dan kilatan petir saat malam tahun baru.
Kepala Stasiun Klimatologi Citeko Asep Firman Ilahi menuturkan, berdasarkan pantauan Citra Satelit Cuaca milik BMKG, hari terakhir tahun 2019 atau tanggal 31 Desember, kawasan Puncak diguyur hujan mulai siang hingga malam hari. Sedangkan cuaca pada pagi hari umumnya akan cerah berawan.
“Potensi guyuran hujan dengan intensitas sedang hingga lebat ini akan terus bertahan hingga malam Tahun Baru, bahkan terjadi hingga dini hari,” katanya berdasarkan keterangannya, Jumat (27/12/2019).
Ia menambahkan, dalam kondisi tersebut daerah pegunungan di Jawa Barat potensial terjadi cuaca ekstrem yang ditandai hujan dengan intensitas sedang-lebat, yang disertai angin kencang secara tiba-tiba (gust) serta sambaran kilat/petir.
“Dalam periode 28-30 Desember 2019 di kawasan Puncak dan sekitarnya, hujan berpeluang pada sore dan malam hari. Sementara tanggal 31 Desember 2019–2 Januari 2020 hujan berpeluang terjadi pada siang dan malam hari,” katanya.
Asep pun mengimbau, bagi masyarakat dalam mengisi liburan Natal dan Tahun Baru di Puncak agar tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi.
“Waspada terhadap kemungkinan hujan disertai angin kencang yang dapat menyebabkan pohon maupun baliho tumbang dan roboh terutama pada jalan arteri,” ujarnya.
Tak hanya Puncak, Asep mengatakan, potensi hujan yang mengguyur pada malam pergantian tahun hingga hari pertama di tahun 2020, terjadi karena sebagian besar wilayah Jabodetabek hingga Jawa Barat, bahkan Indonesia, memasuki periode musim penghujan.
“Saat ini memang masuk periode musim hujan, dan puncak musim hujan diprediksi terjadi pada pertengahan Januari hingga awal Februari mendatang,” paparnya.
Berdasarkan pantauan dan prediksi BMKG dalam seminggu ke depan, aktivitas Monsun Asia sedang aktif. Sementara Monsun Australia melemah di Pulau Jawa. Sehingga ada potensi menjadi daerah belokan masa udara.
“Selain itu, adanya Siklon Tropis Phafone (970 hPa) di Perairan sebelah Barat Filipina, membuat potensi perlambatan masa udara dari Utara di daerah Selatan, sehingga berpotensi terjadinya pertumbuhan awan konvektif pada daerah-daerah pegunungan di pulau Jawa,” paparnya.[ab]
Tinggalkan Balasan